Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Memaknai Hilirisasi Digital

Kompas.com - 30/01/2024, 08:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BARU-baru ini menjadi tranding topic mengenai hilirisasi digital. Sesuai dengan Blue Print Bank Indonesia Tahun 2025 mengenai sistem pembayaran, maka arah kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia untuk menavigasi peran industri sistem pembayaran di era ekonomi dan keuangan digital.

Blueprint berisi 5 (lima) Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang dilaksanakan oleh 5 (lima) working group, yaitu Open Banking, Sistem Pembayaran Ritel, Sistem Pembayaran Nilai Besar dan Infrastruktur Pasar Keuangan, Data dan Digitalisasi, dan Reformasi Regulasi, Perizinan, dan Pengawasan.

BSPI 2025 akan diwujudkan melalui 23 key deliverables yang akan diimplementasikan secara bertahap dalam kurun waktu tahun 2019 sampai 2025.

Indonesia salah satu negara yang mempunyai cita-cita menjadi negara maju. Salah satu indikatornya adalah bagaimana mengejar pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan mencapai 32.000 dollar AS per kapita.

Tahun 2045 adalah tahun yang ditargetkan menjadi Indonesia Emas untuk meraih predikat sebagai negara maju.

Momentum itu harus dimanfaatkan untuk dapat meraih cita-cita yang membanggakan untuk Indonesia.

Indonesia termasuk negara yang dihargai oleh banyak negara di dunia karena kehebatannya dalam menjaga stabilitas ekonomi selama dihantam pandemi covid-19 dan juga gangguan geopolitik yang masih berlangsung sampai saat ini.

Kita harus bangga dengan Indonesia. Dilansir oleh Katadata, kita masuk dalam peringkat 16 negara yang pada 2023, nilai PDB Indonesia diproyeksikan bisa mencapai 1,4 triliun dollar AS. Angka itu setara dengan 1,4 persen dari total PDB global.

Ketika kita berbicara hilirisasi digital, yang ada dibenak kita adalah fenomena deindustrialisasi global. Dalam proses pembangunan ekonomi, porsi manufaktur dalam keseluruhan lapangan kerja semula meningkat dan kemudian menurun setelah pendapatan perkapita melampaui batas tertentu.

Negara-negara maju semuanya berada di luar ambang batas tersebut, dengan demikian mengalami penurunan sekuler dalam sektor manufaktur.

Baumol menjelaskan proses deindustrialisasi ini disebabkan pertumbuhan produktivitas manufaktur yang lebih cepat dibandingkan jasa.

Baru-baru ini, perdagangan dengan negara-negara berkembang, terutama dengan Tiongkok, sering diidentifikasikan sebagai faktor utama deindustrilisasi di negara-negara maju.

Menguraikan saluran perdagangan dari saluran produktivitas tradisional merupakan tugas yang rumit. Kita perlu mengembangkan model sederhana dengan perubahan struktural dalam perekonomian terbuka untuk mendapatkan implikasi empiris.

Model tersebut harus didasarkan pada perdagangan antara negara maju dan negara berkembang.

Dalam kerangka perekonomian tertutup, pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat adalah di bidang manufaktur. Di sini dapat menyebabkan penurunan jumlah keseluruhan lapangan kerja, namun tidak pada total nilai tambah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com