Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
A.M. Farul Baqi
Trade Advisor Business France, France Embassy Indonesia

Alumni Magister Hubungan Internasional Universitas Indonesia

Peta Hilirisasi Nikel

Kompas.com - 03/02/2024, 08:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak bisa dipungkiri bahwa karena China yang mendominasi lahan dan produksi nikel di Indonesia membuat Uni Eropa menggugat Indonesia. Belum lagi, industri baja Uni Eropa terdampak kebijakan restriktif Indonesia.

Selain itu, China dan Uni Eropa sama-sama berkompetisi pada kendaraan listrik. China dan Uni Eropa sama-sama memasang target tinggi pada kendaraan listrik.

Xi Jinping, misalnya, ingin menurunkan emisi karbon sebelum tahun 2030 dan mengakhiri total penggunaan karbon sebelum 2060.

Sementara Uni Eropa melalui Fit for 55 berusaha mengurangi sebesar 55 persen dan pengurangan emisi mobil van sebesar 50 persen pada 2030, menghilangkan emisi CO2 pada mobil dan van baru pada 2035.

Sibuk hilir, lupa hulu

Hilirisasi komoditas nikel mestinya diimbangi dengan perbaikan hulu. Sehingga nilai komoditas nikel tidak hanya menjadi produk antara seperti feronikel yang banyak diserap oleh pangsa pasar China yang sudah matang industri baja, baterai, elektronik, industri antariksa, dan sebagainya.

Pemerintah Indonesia tidak cukup hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator hilirisasi. Pemerintah melalui BUMN atau sebagai fasilitator perlu menyiapkan industri turunan hasil olahan nikel.

Perlu diakui bahwa pemerintah saat ini sudah menyiapkan industri kendaraan listrik. Meskipun demikian, komposisi penyerapan nikel ke kendaraan listrik masih minim. Butuh nikel kelas 1 untuk baterai, sementara porsi nikel Indonesia masih dominan kelas 2 untuk stainless steel.

Demi memperbaiki industri hulu, pemerintah perlu fokus pada industri antara nikel dan industri akhir nikel.

Dilansir dari Nickel institute, industri hulu nikel antara lain: industri alat makan dan alat medis, transportasi, peralatan listrik, industri komponen, industri bangunan, arsitektur, dan konstruksi.

Tentu, ke depan hilirisasi nikel di Indonesia memerlukan peningkatan dan kelanjutan. Peningkatan dari sisi proses dan produk.

Proses yang mengarah pada proses pemurnian perlu peningkatan hingga menjadi produk akhir yang membawa multiplier effect secara sosial dan ekonomi.

Proses hilirisasi membutuhkan kelanjutan secara kebijakan. Dari visi misi ketiga kandidat bakal calon presiden, penulis menangkap adanya sinyal keberlanjutan.

Ada yang melanjutkan tanpa perubahan dan ada yang melanjutkan dengan beberapa perbaikan.

Sinyal ini menunjukkan bahwa kebijakan hilirisasi nikel akan terus berjalan, dan kebijakan resources nationalism akan mewarnai corak pemerintahan ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com