Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kadir Ruslan
Analis Data di BPS, Pengajar di Politeknik Statistika STIS

Bekerja sebagai analis data sosial-ekonomi di Badan Pusat Statistik

Apakah Harga Beras Tinggi Menguntungkan Petani?

Kompas.com - 23/02/2024, 15:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bisa dibayangkan rata-rata keuntungan yang bakal diperoleh jika lahan sawah yang digarap kurang dari satu hektare.

Situasi seperti ini borpotensi menjadikan petani padi miskin menjadi semakin miskin dan yang hampir miskin jatuh miskin.

Pasalnya, berdasarkan catatan BPS, kontribusi pengeluaran untuk beras terhadap garis kemiskinan relatif besar, baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan, yakni masing-masing mencapai 19,35 persen dan 23,73 persen.

Itu artinya, kenaikan harga beras yang tinggi sangat besar pengaruhnya dalam mendorong kenaikan beban pengeluaran penduduk miskin dan hampir miskin, yang boleh jadi di antaranya merupakan petani padi.

Data BPS juga memperlihatkan bahwa sekitar 48,86 persen rumah tangga miskin pada 2023 menggantungkan hidup pada sektor pertanian atau rumah tangga pertanian.

Sementara itu, hasil Sensus Pertanian 2023 mencatat bahwa jumlah rumah tangga pertanian yang mengusahakan tanaman padi mencapai 15,55 juta rumah tangga atau mencakup sekitar 55 persen dari total 28,42 juta rumah tangga pertanian.

Itu artinya, sebagian rumah tangga miskin di sektor pertanian dapat dipastikan merupakan rumah tangga petani padi.

Hanya menguntungkan petani besar

Sejalan dengan kenaikan harga beras, data BPS memperlihatkan bahwa harga gabah di tingkat petani juga mengalami kenaikan.

Pada Januari 2024, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani tercatat mengalami kenaikan, baik secara tahunan (18,64 persen) maupun bulanan (2,97 persen).

Kenaikan tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan petani padi dari nilai produksi gabah yang dihasilkan.

Hal ini tecermin dari peningkatan Nilai Tukar Usaha Pertanian tanaman pangan sebesar 0,28 persen pada Januari 2024 dibandingkan Desember 2023. Peningkatan tersebut utamanya disumbang kenaikan harga gabah.

Namun demikian, kenaikan yang terjadi merupakan gambaran agregat. Jika dilihat lebih dalam, pada kelompok petani padi skala kecil dan konsumen neto beras yang terjadi bisa sebaliknya.

Bagi petani kecil dengan produksi terbatas, peningkatan beban pengeluaran sebagai imbas dari kenaikan harga beras bisa jadi tidak dapat dikompensasi kenaikan pendapatan dari peningkatan harga gabah.

Dengan kata lain, keuntungan dari kenaikan harga beras sebetulnya lebih banyak dinikmati oleh petani padi skala besar atau petani padi yang merupakan produsen neto (net-producers).

Selain itu, margin yang cukup besar antara harga gabah di tingkat petani dan harga beras di tingkat konsumen akan menguntungkan petani yang memiliki mesin penggilingan padi dan/atau merangkap sebagai pedagang beras.

Karena itu, narasi bahwa harga beras yang tinggi akan menguntungkan petani harus disikapi secara hati-hati, bahkan dihindari.

Harga beras yang mahal bisa jadi hanya menguntungkan petani besar dan pada saat yang sama justru meningkatkan kejadian dan keparahan kemiskinan pada kelompok petani kecil akibat meningkatnya beban pengeluaran tanpa dibarengi dengan peningkatan pendapatan sepadan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com