Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

50 Tahun ASEAN-Australia: Menakar Hubungan Ekonomi

Kompas.com - 13/03/2024, 15:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Analisis dari Economist Intelligence Unit mengindikasikan bahwa total Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan ini akan meningkat secara signifikan, dari 3,6 triliun dollar AS menjadi hampir 14 triliun dollar AS, dengan Indonesia berkontribusi sekitar 4,9 triliun dollar AS.

Dengan prediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen hingga 2027, yang kemudian melambat menjadi 4 persen hingga 2040, Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam 10 besar ekonomi dunia pada dekade berikutnya, dan bahkan berpotensi menempati posisi lima besar pada 2040.

Namun, pencapaian ekspektasi tersebut memerlukan komitmen dan upaya nyata. Dari perspektif investasi, meskipun Indonesia merupakan tetangga Australia, negara ini belum masuk dalam 20 besar tujuan investasi Australia.

Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana Indonesia dapat menarik investor. Australia sudah mencatat potensi yang bisa dikembangkan di Indonesia, seperti transisi energi hijau, pendidikan, dan kesehatan.

Dalam sektor perdagangan, terdapat banyak potensi yang dapat dioptimalkan. Sebagai contoh, analisis dari ITC mengindikasikan bahwa nilai ekspor kendaraan bermotor dan suku cadang memiliki potensi untuk meningkat lebih dari 9 kali lipat dari nilai saat ini sebesar 41 juta dollar AS.

Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), yang mulai berlaku sejak pertengahan 2020, menghapuskan tarif lebih dari 6.000 pos barang hingga menjadi nol persen.

Perjanjian ini tidak hanya mengatasi isu perdagangan, tetapi juga memperluas cakupannya ke kemitraan investasi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan berbagai area kerjasama lainnya.

Sebagai penutup, kedepan, realisasi dari kerja sama harus lebih fokus mengisi potensi yang ada. Tentunya dengan menjaga prinsip inklusi dan keberlanjutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com