KOMPAS.com - Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu RI) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga 15 Maret 2024 berjalan cukup baik dan solid.
Dia mengatakan itu dalam Konferensi Pers APBN Kinerja dan Fakta (KiTa) edisi Maret 2024 di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Senin (25/3/2024).
APBN terjaga surplus dengan kinerja secara keseluruhan yang on-track.
“Posisi APBN masih mengalami surplus Rp 22,8 triliun atau 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) dengan keseimbangan primer juga surplus Rp 132,1 triliun,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (28/3/2024).
Sri Mulyani mengungkapkan, hingga 15 Maret 2024, pendapatan negara sudah terkumpul sebesar Rp 493,2 triliun atau 17,6 persen dari target.
Sementara itu, belanja negara sudah terealisasi sebesar Rp 470,3 triliun atau 14,1 persen dari pagu.
Baca juga: Pendapatan Negara Turun, Surplus APBN Terpangkas Jadi Rp 22,8 Triliun
Kemudian, penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai sampai 15 Maret 2024 mencapai Rp 56,5 triliun atau 17,6 persen dari target.
Rincian penerimaan terdiri dari bea masuk sebesar Rp 9,9 triliun atau 17,3 persen dari target, bea keluar sebesar Rp 3,3 triliun atau 19 persen dari target, dan cukai sebesar Rp 43,3 triliun atau 17,6 persen dari target.
Sri Mulyani mengatakan, bea masuk tumbuh tipis 0,2 persen year-on-year (yoy) karena adanya peningkatan konsumsi menjelang puasa dan lebaran dengan komoditas utama beras dan bangunan prapabrikasi.
Sementara itu, bea keluar tumbuh cukup tinggi sebesar 32,2 persen yoy karena faktor kebijakan pemerintah, seperti relaksasi ekspor.
Cukai mengalami penurunan sebesar 5,9 persen yoy karena penurunan cukai hasil tembakau sebesar R p41,7 triliun atau turun 6,5 persen yoy.
Baca juga: Kurun 2022-2024, Pembangunan IKN Telan APBN Rp 71,8 Triliun
Penurunan itu juga dipengaruhi produksi hasil tembakau yang lebih rendah dan pola pelunasan yang jatuh tempo awal Januari 2024 telah diselesaikan pada Desember 2023.
Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Encep Dudi Ginanjar mengungkapkan, selain kinerja penerimaan, Bea Cukai menunjukkan peningkatan kinerja fasilitas dan pengawasan hingga Februari 2024.
Kinerja fasilitas Bea Cukai tercatat mengalami peningkatan nilai insentif kepabeanan menjadi 5,2 triliun atau naik 13,9 persen yoy.
Kemudian, kinerja fasilitas Bea Cukai mampu mendorong ekspor mencapai 14,8 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dan investasi sebesar 645 juta dollar AS.