Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Kompas.com - 29/03/2024, 13:00 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Karantina Indonesia buka suara soal informasi ratusan sapi asal Australia mati dalam perjalanan ke Indonesia. Sebelumnya, peristiwa ini ramai ditulis oleh media asing. 

Plt Deputi Bidang Karantina Hewan, Badan Karantina Indonesia Wisnu Wasisa Putra memerinci ada ribuan sapi dari Australia yang didatangkan menggunakan kapal MV Brahman Express tujuan Lampung dan Sumatera Utara.

"Tujuan Lampung sandar dan bongkar pada tanggal 20 Maret 2024 dengan jumlah 939 ekor. Selanjutnya untuk tujuan Sumatera Utara sandar dan bongkar pada tanggal 24 Maret 2024 dengan jumlah 2.393 ekor," rinci Wisnu dalam keterangan tertulis, Jumat (29/3/2024).

Kemudian, Wisnu mengatakan, sapi yang ditujukan ke Lampung tercatat 1 ekor mati pada 23 Maret 2024 akibat patah tulang, sehingga jumlahnya menjadi 938 ekor.

"Sapi lainnya dalam keadaan sehat dan tidak terjadi kematian semenjak pertama masuk Instalasi Karantina Hewan, IKH pada 20 Maret 2024 sampai dengan saat ini," ujarnya.

Selanjutnya, Wisnu mengatakan, sapi yang ditujukan ke IKH Sumatera Utara menjadi 2.385 ekor lantaran 8 ekornya dilaporkan mati di kapal.

Baca juga: RI Tolak Sapi Impor dari Australia karena Bawa Virus Berbahaya

Ratusan ekor sapi mati diduga gara-gara botulisme

Ia mengatakan, setelah masuk IKH, terdapat kematian 1 ekor pada 27 Maret 2024 dengan gejala klinis kejang dan telah dilakukan pengambilan sampel untuk keperluan Uji Botulism oleh Balai Besar Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Sumatera Utara (BBKHIT Sumut) untuk pengujian bekerja sama dengan Balai Veteriner (BVet) Medan.

Adapun pengujian membutuhkan waktu 5-7 hari.

"Terhadap informasi kematian sapi dengan jumlah ratusan ekor sebagaimana diberitakan oleh media ABC News, The Guardian, dan lainnya, Deputi Karantina Hewan melalui Direktorat Tindakan Karantina Hewan tengah mengkonfirmasi dengan DAFF Australia untuk memastikan kebenaran informasi dan data. Saat ini, informasi dan data tersebut masih ditunggu dari pihak DAFF Australia," tuturnya.

Baca juga: Daging Sapi Impor Asal Brasil Datang Terlambat, Ini Penyebabnya Menurut ID Food

Wisnu mengatakan, penyebab kematian sapi di atas kapal, diperkirakan terjadi akibat penyakit Botulisme.

Ia mengatakan, penyakit ini disebabkan toksin dari bakteri gram positif yaitu Clostridium botulinum yang mencemari pakan dan minum ternak.

Penyakit ini, lanjut dia, dapat mengakibatkan kematian pada sapi dengan gejala klinis lumpuh akibat gangguan syaraf atau paralysis. Penyakit ini bukan merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK).

"Berdasarkan kejadian ini, maka Registered Premises LAE 304 di Nothern Territory Australia telah dilakukan Suspend untuk sementara waktu tidak melakukan ekspor ke Indonesia," ucap dia.

Baca juga: Kementan Perketat Pengawasan Sapi Impor Australia

Penyakit botulisme sapi bisa serang manusia

Dikutip Kontan.co.id, Juru Bicara Dewan Eksportir Tenak Australia mengonfimasi bahwa setidaknya ada 100 ekor sapi mati dalam perjalanan menuju ke Indonesia.

Seorang eksportir yang menggunakan kapal Brahman Express menginformasikan kepada pemerintah Australia terkait insiden tersebut.

“Dugaan awal bahwa ini adalah kasus botulisme, dengan hewan yang terkena dampak berasal dari satu peternakan,” kata dewan tersebut seperti dikutip Bloomberg, Selasa (26/3/2024).

Penyakit botulisme ini dapat menyerang manusia dan hewan, menyebabkan kelumpuhan otot.

Menurut data pelacakan kapal, Brahman Express berangkat dari Darwin menuju Indonesia pada pertengahan Maret. Dewan eksportir mengatakan bahwa hewan-hewan tersebut telah dipulangkan pada Minggu (24/3/2024).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com