Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aznil Tan
Direktur Eksekutif Migrant Watch

Direktur Eksekutif Migrant Watch

Gen Z Tanpa Pengangguran

Kompas.com - 10/06/2024, 10:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUNGGUH ironis bahwa Generasi Z mengalami NEET (Not in Employment, Education, or Training). Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ditemukan sebanyak 9,9 juta penduduk berusia 15-24 tahun (Gen Z) tidak memiliki kegiatan bekerja, pendidikan, dan pelatihan.

Jumlah populasi Gen Z pada 2024 diperkirakan sekitar 44,65 juta jiwa, dengan 22,3 persen dari mereka menganggur. Angka ini setara dengan sekitar 9,95 juta orang, yang mendekati jumlah penduduk negara Portugal.

Ini tentu angka yang sangat mengkhawatirkan. Indonesia berpotensi menghadapi masalah ekonomi serius.

Kondisi ini juga dapat memicu ketidakpuasan sosial, yang berpotensi mengarah pada protes, kerusuhan, dan ketidakstabilan politik. Selain itu, pengangguran yang tinggi sering kali berkorelasi dengan peningkatan kriminalitas dan kekerasan.

Keadaan ini semakin mengkhawatirkan dengan tambahan angka pengangguran dan setengah pengangguran yang mencapai lebih dari 56 juta orang.

Sementara itu, jumlah angkatan kerja setiap tahun terus mengalami kenaikan, dengan angkatan kerja pada 2024 mencapai 149,38 juta orang.

Bandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang, di mana tingkat pengangguran kaum muda hanya sekitar 4 persen. Ini jelas bahwa Indonesia menghadapi krisis yang lebih mendalam.

Pemerintah harus segera menanggapi masalah ini dengan serius. Tugas negara dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya harus menjadi prioritas utama.

Gen Z adalah generasi yang tumbuh pada saat teknologi informasi berkembang pesat. Mereka generasi pertama yang mendapat akses ke Internet dan teknologi digital portabel sejak usia muda, sehingga mereka dijuluki "digital native".

Mereka menghabiskan waktu rata-rata 7-13 jam setiap harinya untuk berselancar di Internet. Karena itu, Gen Z lebih banyak mengandalkan pekerjaan kreatif daripada pekerjaan yang mengandalkan tenaga fisik.

Lingkungan pekerjaan yang disenangi oleh Gen Z adalah pekerjaan yang menawarkan fleksibilitas, penggunaan teknologi, dan kesempatan untuk bekerja dari jarak jauh atau dalam lingkungan yang lebih modern dan kolaboratif.

Mereka lebih berminat pada dunia industri kreatif, seperti content creator, podcaster, hingga mendirikan perusahaan rintisan (start-up), menjadi cita-cita mereka.

Gen Z cenderung menghindari pekerjaan yang lebih mengandalkan tenaga fisik seperti buruh pabrik, konstruksi, pertanian, peternakan, nelayan, transportasi, logistik, kebersihan, keamanan, pelayan toko, hotel, dan restoran.

Dengan kata lain, Gen Z menyenangi pekerjaan berhubungan dengan komputer dibandingkan dengan pekerjaan lapangan yang membutuhkan tenaga fisik.

Meskipun ada peningkatan signifikan dalam permintaan untuk pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan digital dan kreatif (high skill), namun sektor-sektor pekerjaan fisik (low skill dan middle skill) tetap stabil dan masih banyak dibutuhkan dalam dunia ketenagakerjaan.

Pekerjaan fisik masih bersifat esensial dan tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh teknologi.

Teknologi memang mengubah cara banyak pekerjaan fisik dilakukan dengan otomatisasi dan alat-alat canggih yang membuat pekerjaan lebih efisien dan aman, tetapi pekerjaan tersebut tetap memerlukan kehadiran manusia.

Model kerja untuk menarik dan mempertahankan bakat dari generasi Z adalah upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah.

Meski Gen Z tertarik dalam dunia kewirausahaan, realitanya 95 persen dari mereka masih bergantung pada lapangan pekerjaan formal maupun informal.

Gen Z bermindset "makhluk bumi"

Kenyataan bahwa lapangan pekerjaan di Indonesia masih minim adalah persoalan yang tak terelakkan. Setiap tahun, negara ini membutuhkan 3,6 juta lapangan pekerjaan baru.

Selain minimnya lapangan pekerjaan, dunia ketenagakerjaan Indonesia sangat diskriminatif dan berupah murah.

Seperti kejadian pada warung Seblak di Ciamis baru-baru ini diserbu ratusan pelamar kerja yang antre mengular untuk wawancara kerja. Sementara warung tersebut hanya butuh 20 orang pekerja dengan gaji hanya berkisar Rp 1,5 juta.

Kisah warung Seblak cerminan dari fenomena lebih luas. Banyak tempat, bahkan dalam event bursa kerja, para pencari kerja berbondong-bondong meskipun pekerjaan yang ditawarkan berkisar pada kategori low skill dan middle skill.

Gen Z tetap antusias untuk mendapatkannya, meski dengan upah minim.

Diskriminasi lapangan pekerjaan juga menjadi gambaran buruk dunia ketenagakerjaan Indonesia. Masalah umur dan tinggi badan serta penampilan fisik yang tidak relevan dengan pekerjaan masih masif terjadi di Indonesia.

Bahkan, ada kasus staycation untuk bisa diterima bekerja di sebuah pabrik, seperti terbongkar kasus staycation di Cikarang.

Melihat kondisi ini, saatnya Gen Z dan Milenial keluar dari mindset lama dalam mencari lapangan pekerjaan. Ketergantungan lapangan pekerjaan dalam negeri atau di daerah tempat berdomisili harus diubah.

Gen Z dan Milenial harus bermindset sebagai "makhluk bumi". Mereka harus memperluas pandangan, melampaui batas wilayah dan persahabatan suku atau daerah, dan menjalin hubungan lintas bangsa.

Mereka siap melangkah bekerja di mana pun, tanpa terikat batas-batas geografis atau budaya.

Mereka bukan lagi sekadar mencari pekerjaan di Indonesia; mereka telah menjadi warga dunia. Tidak ada batas penghalang lagi bekerja di negara manapun dan biasa membangun relasi lintas budaya, bahasa, dan bangsa.

Gen Z dan Generasi Milenial adalah pekerja global. Bumi adalah alam terbentang luas buat mereka dan berintegrasi serta menjalin hubungan sosial.

Tidak lagi memandang wilayah Indonesia sebagai satu-satunya harapan mereka hidup. Tidak lagi berintegrasi dan menjalin persahabatan sesama suku dan daerah saja, tetapi sudah terbuka antarbangsa di bumi.

Begitu juga, Gen Z dan Milenial tidak lagi mencari pekerjaan di Indonesia. Mereka sudah menjadi "makhluk bumi". Mereka siap bekerja di negara manapun, meski berbeda bangsa, budaya, dan bahasa serta negara.

Gen Z dan Milenial bukan lagi pekerja migran yang dipandang sebagai pekerja rendahan dan orang bermental imperior. Mereka adalah pekerja profesional, bermartabat dan memiliki keterampilan, meskipun melaksanakan tugas pekerjaan sebagai pekerja kasar.

Bukan juga pekerja migran yang kurang pergaulan, hanya berkumpul dan berintegrasi sesama orang Indonesia saja. Mereka berintegrasi dan bersosialisasi dengan masyarakat di negara tempat mereka bekerja serta orang luwes dan merdeka.

Mereka bukan pekerja ilegal yang menjadi beban negara. Mereka datang saling menguntungkan dan simbiosis mutualisme.

Bagi Gen Z dan Milenial bekerja ke negara lain bukan hal yang memberatkan dan membuat mereka gamang. Malah menjadi hal menarik dan memperluas pengalaman hidup.

Potensi Gen Z dan Milenial menjadi "makhluk bumi" sangat besar terbentuk. Mereka sudah hidup di mana peradaban manusia sudah mengglobal.

Sebagai generasi digital native, mereka sudah terbiasa hidup tanpa sekat batas geografis lagi. Dunia sudah dalam genggaman mereka, karena terkoneksi oleh internet.

Sekarang bagaimana mereka tidak sekadar terjalin hubungan di dunia maya (online) saja, tetapi juga terjalin secara offline (fisik). Mereka antarnegara terbentuk hubungan secara fisik sebagai "makhluk bumi".

Karena hal itu, bagi Gen Z dan Milenial sangat mudah mencari lapangan pekerjaan global. Cukup dengan searching di internet mencari informasi lowongan kerja di berbagai negara.

Gen Z dan Milenial juga sangat mudah mencari lowongan kerja di negara yang disenanginya serta sesuai dengan bakat minat dan kompetisi dirinya.

Berdasarkan survei konsultan Kom Ferry yang berkantor pusat di Los Angeles, California, bahwa dunia membutuhkan 85 juta tenaga kerja di sektor kesehatan, kargo, logistik, konstruksi, pertanian, perhotelan dan restoran berbagai pekerjaan lainnya di beberapa negara maju di dunia.

Karena di beberapa negara mengalami krisis populasi dan "kiamat tenaga kerja". Negara tersebut sangat membutuhkan tenaga kerja migran.

Sumber tenaga kerja untuk mengisi peluang kerja tersebut sangat melimpah dimiliki Indonesia. Ini merupakan peluang Indonesia untuk mengisi posisi pekerjaan tersebut.

Banyaknya kebutuhan tenaga kerja di berbagai negara berekonomi maju adalah solusi buat Indonesia dalam mengentaskan pengangguran. Pemerintah harus proaktif merebut peluang kerja global tersebut.

Jika tidak, maka bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini bisa menjadi petaka. "Indonesia Emas 2045" yang digembor-gemborkan akan sirna. Syarat bonus demografi menjadi emas, yakni penduduknya harus produktif.

Untuk itu, pemerintah harus hadir membentuk Gen Z dan Milenial menjadi "makhluk bumi". Pemerintah harus memastikan sistem yang mendukung mobilitas global dan memberi kesempatan lebar untuk Gen Z dan Milenial berkontribusi pada skala global.

Hal itu bisa dicapai dengan membangun sistem yang mempermudah proses bekerja keluar negeri secara legal dan negara hadir melindunginya.

Jika ada kasus ketenagakerjaan migran, maka aparat penegak hukum jangan latah memberi label Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Label tersebut bisa berdampak negatif pada dunia ketenagakerjaan migran.

Pemerintah harus gencar membuat kebijakan pro merebut pekerja global. Selain program pelatihan keterampilan atau kebijakan yang memfasilitasi pekerjaan di luar negeri, pemerintah bisa membuat program membentuk warga negara Indonesia yang terintegrasi dengan dunia luar seperti program pasporisasi warga negara.

Cara pandang pemerintah ini harus terbentuk secara nyata dan menjadi tekad bersama antarkementerian dan lembaga negara.

Jika pemerintah masih saja bekerja normatif menangkap peluang kerja global, maka angka penganguran makin terus bertambah.

Antrean panjang mengular para Gen Z dan Milenial melamar kerja akan semakin menjadi pemandangan yang menyayat hati. Petaka pun akan dekat di depan mata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo DANA lewat ATM BRI, BCA, BNI, Mandiri, dan BSI

Cara Isi Saldo DANA lewat ATM BRI, BCA, BNI, Mandiri, dan BSI

Spend Smart
Cara Ajukan Laporan Gagal Setor Tunai di ATM via BRImo

Cara Ajukan Laporan Gagal Setor Tunai di ATM via BRImo

Spend Smart
Blibli Hadirkan Promo Belanja di Bliblimart, Ada Cashback Rp 100.000

Blibli Hadirkan Promo Belanja di Bliblimart, Ada Cashback Rp 100.000

Spend Smart
Emiten Travel Haji dan Umrah HAJJ Raup Pendapatan Rp 318,19 Miliar pada 2023

Emiten Travel Haji dan Umrah HAJJ Raup Pendapatan Rp 318,19 Miliar pada 2023

Whats New
Pendataan QR Code untuk Beli Pertalite Capai 100 Persen di 3 Provinsi

Pendataan QR Code untuk Beli Pertalite Capai 100 Persen di 3 Provinsi

Whats New
Indeks Kepercayaan Industri RI Stagnan pada Juni 2024, Imbas Ketidakpastian Ekonomi Global

Indeks Kepercayaan Industri RI Stagnan pada Juni 2024, Imbas Ketidakpastian Ekonomi Global

Whats New
Bank Mandiri Sediakan Solusi Keuangan untuk Pengembang Sistem Manajemen Apotek

Bank Mandiri Sediakan Solusi Keuangan untuk Pengembang Sistem Manajemen Apotek

Whats New
Pemerintah Dorong Investasi Berkelanjutan di Pulau-pulau Kecil

Pemerintah Dorong Investasi Berkelanjutan di Pulau-pulau Kecil

Rilis
Jumlah Investor Kripto Meningkat, Edukasi Perlu Terus Dilakukan

Jumlah Investor Kripto Meningkat, Edukasi Perlu Terus Dilakukan

Earn Smart
Sektor Perindustrian Jadi Motor Ekonomi RI yang Harus Dijaga dari 'Serangan' Impor

Sektor Perindustrian Jadi Motor Ekonomi RI yang Harus Dijaga dari "Serangan" Impor

Whats New
Cara Top Up LinkAja Lewat ATM, M-Banking, dan I-Banking BTN

Cara Top Up LinkAja Lewat ATM, M-Banking, dan I-Banking BTN

Work Smart
Bank DKI Dukung Pembiayaan Transportasi Ramah Lingkungan Transjakarta

Bank DKI Dukung Pembiayaan Transportasi Ramah Lingkungan Transjakarta

Whats New
Jadi Tuan Rumah IFRC 2024, Kontraktor Tambang PT Putra Perkasa Dorong Industri Pertambangan RI Peduli Keselamatan Kerja

Jadi Tuan Rumah IFRC 2024, Kontraktor Tambang PT Putra Perkasa Dorong Industri Pertambangan RI Peduli Keselamatan Kerja

Whats New
Cara Top Up GoPay Lewat BRImo

Cara Top Up GoPay Lewat BRImo

Work Smart
Mau Ibadah Umrah? Ini Cara Cek Biro Umrah Resmi Kemenag

Mau Ibadah Umrah? Ini Cara Cek Biro Umrah Resmi Kemenag

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com