Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abraham Wahyu Nugroho
Pegawai Negeri Sipil

Pemerhati Kebijakan Publik

Perang Pengendalian Harga dari Bumi Suwarnadwipa

Kompas.com - 14/06/2024, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KONFLIK geopolitik di belahan eropa dan timur tengah saat ini jangan dipandang hanya memengaruhi kawasan yang berdekatan dengan negara-negara tersebut.

Konflik tersebut memiliki efek rambatan sampai ke Indonesia. Dampak tersebut salah satunya berupa inflasi akibat impor (imported inflation) yang tentu saja memberikan pengaruh atas kestabilan perekonomian.

Dilihat secara saksama, sektor pangan dan energi menjadi dalang imported inflation tersebut.

Hal ini beralasan, mengingat masih banyak bahan pangan yang diimpor oleh negara kita, sebutlah gandum.

Bahan dasar pembentuk mie dan makanan lainnya ini ternyata banyak disuplai oleh negara yang saat ini mengalami konflik, Ukraina.

Memang, substitusi negara produsen dan sumber pangan alternatifnya telah ada, tetapi setidaknya hal ini cukup memberikan kejutan berupa inflasi secara temporer. Dilihat dari sumber masalahnya, kategori ini dimasukkan sebagai penyebab eksternal.

Namun ada juga penyebab yang berasal dari internal, atau dari dalam negeri, misalnya bencana El Nino.

Dampak El Nino yang cenderung mengakibatkan kekeringan sejak tahun lalu hingga awal tahun ini tentunya mengubah, menggeser, atau bahkan mengurangi kapasitas dan pola tanam pertanian nasional. Hal ini jelas berdampak pada jumlah pasokan pangan dalam negeri.

Solusi mudah jangka pendeknya umumnya dilakukan impor. Namun tentu saja mengurangi semangat kedaulatan pangan, serta menggerus kantong APBN. Tidak ada jalan lain selain cara tersebut.

Setelah El Nino, kita patut mewaspadai karena di penghujung tahun 2024 ini diproyeksikan La Nina akan menghadang. Efek La Nina akan berdampak banjir di sejumlah daerah, terutama bagi lumbung pangan nasional akan mengalami kegagalan panen.

Seharusnya ini dapat menjadi peringatan bersama, untuk lebih serius mengantisipasi defisit pasokan pangan dalam negeri, alih-alih melakukan cara mudah lewat impor tadi.

Keseriusan ini menjadi mutlak karena angka inflasi nasional umumnya besar disumbang dari kenaikan harga pangan.

Inflasi perlu dikendalikan, karena inflasi sejatinya memberikan jarak masyarakat pada kesejahteraan.

Sebagai gambaran, inflasi bulan Mei 2024 secara tahunan sebesar 2,84 persen, menurun dibanding bulan sebelumnya sebesar 3 persen.

Angka ini tergolong aman, karena masih dalam konsensus yang ditargetkan sebesar 2,5 ± 1 persen pada 2024 dan 2025.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com