Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Petani Turun 0,78 Persen di Februari 2020

Kompas.com - 02/03/2020, 18:58 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Februari 2020 mengalami penurunan sebesar 0,78 persen menjadi 103,55.

Nilai tukar petani tersebut dibangun dari rasio atau indeks harga yang diterima petani (It) dibanding harga yang dibayar petani (Ib), terdiri dari indeks konsumsi rumah tangga dan indeks harga-harga untuk biaya produksi maupun penambahan barang modal.

NTP juga merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

Baca juga: BPS: Bayi yang Lahir Tahun 2019 Punya Harapan Hidup Lebih Panjang

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, ada beberapa subsektor yang menyumbang penurunan NTP, antara lain tanaman pangan, holtikultura, dan sebagainya.

"Tanaman pangan ini turun 0,44 persen, hoktikultura 0,81 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,89, dan perikanan 0,65 persen meliputi nelayan tangkap maupun budidaya sehingga NTP turun 0,78 persen," kata Yunita di Jakarta, Senin (2/3/2020).

Hanya satu subsektor yang mengalami kenaikan, yaitu NTP peternakan yang naik sebesar 0,17 persen. Yunita bilang, kenaikan terjadi karena harga yang diterima petani naik sebesar 0,52 persen lebih tinggi dibanding harga yang dibayar petani 0,34 persen.

"Sedangkan penurunan untuk beberapa sub sektor dipengaruhi oleh penurunan indeks harga yang diterima petani," ujarnya.

Harga Gabah

Adapun, sebut Yunita, penurunan tanaman pangan disebabkan karena penurunan harga gabah, ketika beberapa daerah sudah mulai panen jagung dan ketela pohon pada Februari 2020 ini.

Sementara penurunan holtikultura disebabkan oleh beberapa komoditas, seperti wortel, kentang, cabai merah, mangga, pisang, dan bawang putih lokal.

"Untuk perkebunan rakyat, penurunan It terjadi karena biji coklat, nilam, cengkeh, tebu, biji pala, pinang, dan lada. Untuk yang perikanan disebabkan oleh beberapa jenis ikan, udang laut, udang payau, kakap, dan kembung," jelasnya.

Sedangkan kenaikan subsektor peternakan disebabkan oleh kenaikan daging ayam ras, telur ayam ras, sapi potong, dan telur itik di harga produsen.

Sejalan, penurunan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) juga terjadi di subsektor yang sama, antara lain penurunan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan rakyat, dan perikanan. Hanya subsektor peternakan yang mengalami peningkatan.

"Secara nasional pada Februari 2020, NTUP atau nilai tukar usaha pertanian turun 0,57 persen. Tapi NTUP ini turun lebih kecil daripada NTP," sebutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com