Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utang Belum Lunas, Lapindo Tawarkan Tanah Terdampak Lumpur ke Pemerintah

Kompas.com - 12/06/2020, 18:02 WIB
Mutia Fauzia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata menjelaskan, saat ini pemerintah masih dalam proses negosiasi pembayaran utang oleh PT Lapindo Brantas Inc dan PT Minarak Lapindo Jaya.

Pasalnya, kedua perusahaan tersebut menawarkan untuk menyelesaikan kewajiban ganti rugi tidak melalui uang tunai, melainkan dengan aset mereka berupa tanah yang ada di lokasi lumpur lapindo tersebut. Jika aset tersebut kurang maka akan ditambah dengan aset lainnya.

"Lapindo sudah kirim surat resmi minta agar bisa diganti dengan aset. Ada aset-aset wilayah terdampak maupun kalau dianggap kurang dari tempat lain," kata Isa dalam video conference, Jumat (12/5/2020).

Baca juga: Erick Thohir Ingin Tambah Porsi Pihak Eksternal untuk Direksi BUMN

Seperti diketahui, Lapindo memiliki kewajiban untuk membayar pokok utang sebesar Rp 773,3 miliar. Namun dari jumlah tersebut, Lapindo baru membayarkan Rp 5 miliar.

Jumlah tersebut pun belum termasuk bunga sebesar 4 persen per tahun. Ditambah lagi, utang tersebut juga sudah jatuh tempo sejak 10 Juli 2019 lalu.

Isa pun menilai, pembayaran ganti rugi dengan aset perusahaan tersebut sebagai itikad baik. Namun demikian, pihaknya lebih mengutamakan jika perusahaan membayar dengan uang tunai.

"Tapi dari proses konsultasi ke kejaksaan memberi advice ini harus ditanggapi. Artinya kita nggak boleh mengatakan harus cash, walau saya, kami, prefer dibayar tunai," ujar dia.

Baca juga: 99 Persen Pemilik Startup Dinilai Belum Pernah Lewati Krisis

Saat ini, pemerintah masih menyiapkan proses penilaian aset Lapindo dan telah melakukan diskusi dengan pihak kejaksaan.

Namun karena pandemi Covid-19 proses penilaian aset menjadi terhalang. Di sisi lain dia mengatakan, menilai tanah dengan timbunan lumpur bukanlah hal yang wajar. Sehingga saat ini pihak-pihak yang dianggap profesional sedang membangun standar penilaian tersebut.

"Mudah-mudahan kalau Covid berakhir bisa segera melakukan penilaian itu, aset-aset yang mereka tawarkan sebagai pengganti apakah mencukupi atau engga," kata Isa.

Baca juga: Susi Pudjiastuti: Legalkan Pukat Cincin, Nanti Habis Tuna Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com