Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perhatikan Hal Ini Sebelum Putuskan Investasi di Tengah Ekonomi Melemah

Kompas.com - 16/08/2020, 11:32 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu hal penting dalam mengelola keuangan yang baik adalah menempatkan sebagian pendapatan kita pada investasi. Ini untuk menjamin kemampuan finansial kita tetap terjaga di masa mendatang.

Namun, di tengah pelemahan ekonomi saat ini, bahkan Indonesia tengah berada di ambang jurang resesi, investasi seperti apa yang tepat?

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengungkapkan, saat ekonomi melemah namun kamu masih memiliki dana yang cukup untuk berinvestasi, maka berinvestasilah. Hanya saja, pilih instrumen yang tepat.

Ia mengatakan, ada hal yang perlu diperhatikan dalam memilih investasi. Pertama, setiap produk investasi memiliki siklus yang sama, yakni ketika harga produk investasi sedang naik, maka siklus berikutnya harga akan turun.

Baca juga: Waspada Investasi Ilegal Berkedok Koperasi

Begitu pula sebaliknya, ketika harga produk investasi tersebut tengah turun, maka siklus selanjutnya harga akan naik.

"Lihat saja hal itu. Kalau misalkan sebelum resesi ini lagi naik (harga produk investasinya), artinya kalau mau masuk sekarang, mungkin akan naik, tapi enggak akan terlalu tinggi lagi. Habis itu dia akan turun," jelasnya kepada Kompas.com, Minggu (16/8/2020).

Sama halnya dengan memilih instrumen investasi yang harganya tengah turun saat ini, potensi untuk turun memang masih ada, tapi kecil. Sebab, siklus selanjutnya dipastikan harga produk investasi tersebut akan naik.

Hal kedua yang juga perlu diperhatikan adalah prinsip bahwa investasi merupakan jangka panjang. Artinya, merencanakan investasi dengan perhitungan keuntungan yang akan didapatkan hingga melewati masa pelemahan ekonomi atau resesi.

"Investasi itu bicara jangka panjang, jadi sebenarnya bicara apa yang terjadi sesudah resesi. Tapi kalau dia bilang, dia investasi saat resesi saja, berarti bukan berinvestasi tapi dia berspekulasi selama resesi," jelas Eko.

Salah satu instrumen investasi yang tengah naik daun saat ini adalah emas. Harganya berkali-kali mencetak rekor tertinggi yakni diatas Rp 1 juta per gram.

Pada perdagangan Sabtu (15/8/2020) emas batangan Antam dibanderol Rp 1.035.000 per gram. Nilai ini turun Rp 5.000 per gram dibandingkan dengan posisi Jumat (14/8/2020).

Eko memperkirakan, harga emas yang sering kali menembus rekor tertinggi akan kembali turun di tahun depan. Hal tersebut seiring dengan ditemukannya vaksin Covid-19 yang tengah gencar dibuat oleh sebagian besar negara di dunia.

Sehingga ia menilai, kurang tepat jika berinvestasi di emas ketika harganya sedang berada di puncak tertinggi. Sebab artinya emas memiliki potensi besar untuk harganya kembali jatuh.

"Mereka yang baru mau mulai atau baru masuk (ke investasi emas), mendingan masuk tabungan emas, bukan beli emas. Tapi tabungan rutin lakukan terus. sehingga ketika harga naik atau turun dia masih punya harga rata-ratanya," pungkas Eko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com