Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Hadapi Resesi Pertama sejak 60 Tahun Terakhir

Kompas.com - 16/09/2020, 10:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber BBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menyatakan, pandemi Covid-19 telah menghantam ekonomi berkembang di kawasan Asia dan menghempaskannya dalam jurang resesi.

Mengutip BBC, Rabu (16/9/2020), ini merupakan resesi regional yang pertama kalinya sejak enam dekade atau 60 tahun terakhir. Negara-negara "developing Asia" yang mencakup 45 negara tercatat mengalami kemerosotan ekonomi.

ADB memprediksi, ekonomi negara berkembang Asia akan menyusut 0,7 persen pada 2020. Namun negara-negara di kawasan ini diperkirakan akan pulih sangat kuat pada 2021, dengan pertumbuhan 6,8 persen.

Baca juga: Ini Strategi Pemerintah Capai Lifting Minyak 1 Juta Barel per Hari pada 2030

Dalam outlook terbarunya, ADB mengestimasi tiga perempat dari ekonomi di kawasan akan merosot tahun ini. Outlook ini menjadi revisi dari proyeksi sebelumnya, yang menyatakan Produk Domestik Bruto (PDB) Asia bisa tumbuh 0,1 persen.

"Sebagian besar ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik diprediksi berada pada jalur pertumbuhan yang sulit untuk sisa tahun 2020," kata kepala ekonom ADB Yasuyuki Sawada.

Prediksi ADB ini sejalan dengan prediksi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang telah membuat prediksi serupa pada awal tahun ini.

Lebih lanjut ADB memperkirakan, negara-negara di Asia Selatan kemungkinan akan terkena dampak paling buruk, berbanding terbalik dengan Negara Tirai Bambu, China.

Ekonomi India diestimasi terkontraksi sekitar 9 persen tahun ini, sedangkan China akan tumbuh 1,8 persen. Sementara negara-negara Asia Tenggara akan mengalami penurunan 3,8 persen.

Baca juga: RUU Cipta Kerja Dinilai Bisa Berdampak Positif untuk Iklim Investasi

Ekonomi negara atau pulau yang bergantung pada pariwisata, khususnya, terkontraksi memilukan dengan penurunan sebesar 19,5 persen. Sementara Maladewa kemungkinan akan mengalami kontraksi sebesar 20,5 persen.

Kendati kabar baiknya, wilayah tersebut diprediksi akan pulih tahun depan, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,8 persen. Ekonomi China pulih 7,7 persen pada 2021, sementara India bangkit kembali dengan pertumbuhan 8 persen.

Untuk saat ini, ADB memperingatkan, pemulihan ekonomi bisa saja digagalkan oleh pandemi yang berkepanjangan ataupun lockdown yang terlalu ekstrem.

"Ancaman ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 tetap kuat, karena gelombang pertama yang berkepanjangan atau wabah yang berulang dapat mendorong tindakan penanggulangan lebih lanjut," jelas Sawada.

Baca juga: Rincian Harga Emas Batangan di Pegadaian dari 0,5 Gram hingga 1 Kg

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com