Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak Saham-saham yang Bisa Dilirik Tahun 2021

Kompas.com - 23/10/2020, 13:36 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Selama kondisi pandemi Covid-19 beragam sektor mengalami pukulan yang cukup keras, sehingga laba dan kinerja korporasi mengalami tekanan. Lalu, bagaimana propspek koleksi saham di tahun depan ?

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee dalam Capital Market Summit & Expo mengatakan, beberapa sektor masih potensial untuk dilirik investor pasar modal. Salah satunya sektor mining atau pertambangan.

“Kalau bicara sektor yang menarik, pertama adalah mining ya. Karena isu global sekarang arahnya ke green energy, dan mobil listrik itu menjadi salah satu kendaraan masa depan, pembuatan baterai listrik menjadi suatu yang sangat menjanjinkan,” kata Hans dalam virtual konferensi CMSE, Kamis (22/10/2020).

Baca juga: Merger Bank Syariah BUMN, Mandiri Jadi Pemegang Saham Terbesar

Beberapa emiten yang bisa dilirik dari sektor miningantara lain Vale Indonesia (INCO), Aneka Tambang (ANTM), Indo Tambangraya (ITMG), dan Timah (TINS).

Indonesia merupakan negara dengan produksi nikel terbesar di dunia untuk ekspor. Hal ini berbeda dengan China yang juga memproduksi nikel, namun untuk penggunaan domestik.

“Kita banyak ekspor nikel, Indonesia kalau mau membatasi ekspor nikel pastinya harga nikel akan bergerak ke atas karena kita dominan. Sebenarnya, memang pemerintah bisa mengontrol nikel kita,” jelas dia.

Sektor pertambangan juga mendapat dukungan dari beberapa perusahaan energi yang kinerjanya masih bersinar saat kondisi pandemi Covid-19. Dari sektor energi ini ada  Adaro Energy (ADRO) dan Bukit Asam (PTBA) yang masih menarik untuk dikoleksi investor di tahun depan.

Goldman Sachs juga menunjukkan sektor komoditas akan bergerak naik pada tahun 2021, seperti misalkan peninyakan dan batu bara yang menjadi komoditas andalan.

“Minyak dan batu bara akan bergerak ke atas sehingga PTBA, ADRO, dan ITMG bisa dipilih,” tambah dia.

Selain itu, sektor properti yang kini memiliki valuasi rendah, diproyeksikan akan bergerak naik di tahun 2023. Periode ini merupakan waktu tebaik untuk mengoleksi saham properti seperti Bumi Serpong Damai (BSDE), Ciputra (CTRA), Summarecon (SMRA), dan Pakuwon (PWON).

“Kalau kita lihat, sektor properti mulai naik lagi di tahun 2023. Ini adalah periode properti memiliki valuasi yang low dan merupakan periode terbaik,” jelas dia.

Sementara sektor perbankan, juga masih menarik terutama emiten kakap seperti Bank BCA (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), Bank BNI (BBNI), dan Bank BRI (BBRI).

“Kalau sektor finance kita itu enggak terlalu terganggu ya, kita terbantu sekali dengan dukungan OJK berupa restrukturisasi kredit,” jelas dia.

Dia bilang, perbankan dalam posisi yang cukup kuat dengan likuiditas yang tinggi. Hal ini terjadi karena kondisi WFH dimana kebanyakan orang berada di rumah. Sehingga investasi cenderung berbentuk deposito yang meningkatkan DPK perbankan. Sementara untuk ekspansi kredit masih kurang. Namun, jika pandemi Covid-19 bisa diselesaikan maka ekspansi kredit akan tumbuh.

Baca juga: Turun Signifikan dalam Beberapa Pekan, Saham IKAN Masuk Pengawasan Bursa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com