Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Negara yang Jadi Pemasok Kedelai Impor Terbanyak ke Indonesia

Kompas.com - 05/01/2021, 15:58 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahu dan tempe menjadi makanan yang sangat akrab di lidah masyarakat Indonesia. Sayangnya, bahan baku kedua pangan tersebut masih mengandalkan kedelai impor.

Indonesia memang menjadi negara importir kedelai terbesar di dunia setelah China. Sebagian besar kedelai terserap untuk kebutuhan industri tahu dan tempe.

Alhasil ketika harga kedelai melonjak di pasar global, maka harga kedelai dalam negeri turut mengalami kenaikan. Kondisi itu yang kini tengah dikeluhkan para perajin tahu dan tempe.

Baca juga: Muhammadiyah Desak Pemerintah Tindak Spekulan Kedelai

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Kompas.com, Selasa (5/1/2021), kedelai impor Indonesia paling banyak di pasok dari Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam itu memang eksportir kedelai terbesar dunia.

Tren impor kedelai mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2010 impor kedelai Indonesia sebanyak 1,74 juta ton hingga di 2016 menjadi sebanyak 2,26 juta ton.

Pada 2016, lima negara pemasok kedelai impor terbesar yakni AS sebanyak 2,23 juta ton, Argentina 7.498 ton, Kanada 7.404 ton, Malaysia 5.647 ton, dan Uruguay 2.727 ton.

Lalu di 2017 impor kedelai menjadi sebesar 2,67 juta ton. Terbesar dari AS sebanyak 2,63 juta ton, Kanada 12.104 ton, Malaysia 9.505 ton, Argentina 5.000 ton, dan Uruguay 2.568 ton.

Meski demikian, impor kedelai sempat turun di 2018 menjadi 2,58 juta ton. Terbanyak impor dari AS sebesar 2,52 juta ton, Kanada 54.531 ton, Malaysia 10.413 ton, Perancis 126 ton, dan China 11 ton.

Pada 2019, impor kedelai kembali naik menjadi 2,67 juta ton. Lagi-lagi terbanyak dari AS yakni 2,51 juta ton, Kanada 128.911 ton, Brazil 18.900 ton, Malaysia 8.683 ton, dan Perancis 231 ton.

Sementara pada tahun lalu, hingga akhir Oktober 2020 Indonesia sudah impor kedelai sebanyak 2,11 juta ton. Nilai transaksinya sebesar 842,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 11,79 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dollar AS).

Baca juga: Mentan Sebut Pengembangan Kedelai Lokal Sulit Dilakukan

Pada periode itu, impor kedelai terbesar berasal dari AS sebanyak 1,92 juta ton dengan nilai 762,3 juta dollar AS, Kanada 190.338 ton dengan nilai 77 juta dollar AS.

Kemudian dari Malaysia sebanyak 6.342 ton dengan nilai 3 juta dollar AS, Argentina 633 ton dengan nilai 277.081 dollar AS, dan Perancis sebanyak 120 ton dengan nilai 73.370 dollar AS.

Sebelumnya, Guru Besar Bidang Pangan, Gizi, dan Kesehatan IPB University sekaligus Ketua Forum Tempe Indonesia Made Astawan menyatakan, produktivitas kedelai di Indonesia berkisar setengah dari produktivitas kedelai di AS.

Produktivitas kedelai dalam negeri 1,5-2 ton per hektar, sedangkan produktivitas di AS mencapai 4 ton per hektar. Produksi yang tinggi di AS didukung penyinaran matahari sekitar 16 jam, sementara Indonesia sekitar 14 jam.

Di sisi lain, rata-rata kebutuhan kedelai di Indonesia sebanyak 2,8 juta ton per tahun. Namun, produksi kedelai lokal saat ini hanya berkisar 800.000 ton per tahun.

Menurut dia, lemahnya produktivitas kedelai lokal dikarenakan tidak di dukung oleh industri perbenihan yang kuat, mekanisasi usaha tani berskala besar serta efisien, dan juga lahan khusus kedelai yang luas.

"Ya petani kan rasional. Dari pada menanam kedelai ya lebih baik menanam beras dan jagung. Kecuali ada intervensi khusus dari pemerintah. Nah, itu bisa lain ceritanya," kata Made.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com