Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba Bank Mandiri Tahun 2020 Turun 38 Persen Jadi Rp 17,1 Triliun, Ini Sebabnya

Kompas.com - 28/01/2021, 16:05 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp 17, 1 triliun sepanjang tahun 2020.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pertumbuhan laba itu terkontraksi sebesar 38 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun dia optimistis kinerja perseroan menggeliat tahun ini.

“Kami cukup percaya diri dengan respon yang kami lakukan pada situasi pandemi ini. Oleh karena itu, meski laba bersih tahun lalu terkontraksi 38 persen, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan mengalami rebound pada tahun ini,” ucap Darmawan dalam paparan kinerja secara virtual, Kamis (28/1/2021).

Baca juga: Bank Mandiri Proyeksi Sektor-sektor Ini Akan Tumbuh Cepat pada 2021

Darmawan menuturkan, penurunan laba tak lepas dari masih terkontraksinya kredit saat restrukturisasi kredit masih tetap dijalani. Penyaluran kredit perseroan tercatat masih terkontraksi 1,61 persen secara tahunan (year on year/yoy) secara ending balance.

Kendati demikian secara konsolidasi, pertumbuhan kredit average balance masih tumbuh 7,08 persen (yoy) menjadi Rp 871,3 trilun.

Untuk menekan NPL, pihaknya menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, NPL perseroan secara konsolidasi berada di level 3,09 persen.

"Ini mengindikasikan bahwa strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang," ujar Darmawan.

Adapun karena belum pulihnya demand kredit, perseroan juga melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional.

Bank Mandiri mampu menurunkan cost of fund sebesar 33 basis poin (yoy) menjadi 2,53 persen di Desember 2020 sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42 persen, dibandingkan kenaikan biaya operasional periode sebelumnya yang mencapai 6,68 persen.

Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) bank tumbuh dobel digit, yakni mencapai 12,24 persen (yoy) menjadi Rp 1.043,3 triliun. Tumbuhnya DPK lebih baik dibanding industri perbankan sebesar 11,1 persen.

Tak hanya itu, pencapaian laba juga didorong oleh pertumbuhan fee based income yang tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy) menjadi Rp 28,7 triliun.

"Dari sisi laba rugi, pendapatan bunga turun 4,95 persen namun diimbangi penurunan beban bunga sekitar 3 persen. Oleh karena itu, tekanan NII dapat dijaga tidak terlalu dalam," kata dia.

Baca juga: Bank Mandiri Bakal Tingkatkan Sinergi dengan 25 BPD dan 4 Bank Regional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com