Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KURASI KOMPASIANA] Memanfaatkan Pekarangan Rumah untuk Menanam Bumbu Dapur dan Tanaman Obat | Cabai Mahal, Tanam Saja Sendiri | Merawat Tanaman Ibarat Merawat Baby

Kompas.com - 11/03/2021, 20:26 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Selama masa pandemi banyak orang yang memiliki hobi baru, salah satunya adalah bercocok tanam dengan memanfaatkan pekarangan yang ada di rumah.

Tentu saja, lahan yang seadanya di rumah bukanlah halangan untuk menyalurkan hobi baru satu ini.

Cukup dengan mencari informasi di Google atau Youtube, menanam menggunakan media tanam yang sederhana nan murah pun sudah dapat diaplikasikan, termasuk cara memanfaatkan lahan yang sangat tak memadai.

Untuk tanamannya sendiri bisa disesuaikan minat, mulai tanaman obat hingga bumbu dapur.

Nah, berikut 3 konten dari Kompasiana yang bisa jadi referensi untuk mencoba bercocok tanam di rumah sendiri:

1. Memanfaatkan Pekarangan Rumah untuk Bertanam Bumbu Dapur dan Tanaman Obat

Mumpung aktivitas banyak dilakukan dari rumah, tidak ada salahnya untuk mulai mencoba bercocok tanam di rumah.

Memang, pekarangan rumah yang luasnya sangat terbatas seringkali menjadi kendala. Namun, dengan memanfaatkan teknologi dan informasi dengan segala refrensinya bisa kita adaptasi.

Memanfaatkan pekarangan rumah sebagai media tanam, baik untuk tanaman bumbu dapur maupun obat, secara ekonomis jelas menguntungkan. Minimal penghematan serta bisa disisihkan untuk tabungan.

Jenis-jenis tanaman sayuran, bumbu dapur, atau juga apotek hidup yang cocok ditanam di pekarangan antara lain seperti cabai, tomat, bawang, lengkuas, jahe, hingga daun sirih. (Baca selengkapnya)

2. Cabai Mahal, Tanam Saja Sendiri

Berhubung harga cabai sedang mahal, tak ada salahnya kalau kita coba menanamnya sendiri di rumah.

Pertama, kenali dulu jenisnya. Ada beragam nama, warna, dan ukuran cabai yang tersedia di pasaran. Misalnya ada yang disebut dengan warna saja semacam ijo (hijau) dan merah. Ada jenis keriting, rawit, dan lain-lain. Istilah dalam bahasa daerah, mungkin lebih variatif lagi.

Masing-masing jenis ini memiliki tingkat kepedasan yang berbeda-beda. Harganya juga berbeda. Tentu saja ini karena cara penanaman, perawatan, hingga masa panen berbeda cara dan hasilnya.

Tanaman yang menghasilkan buah yang banyak dan lebat, tentu akan lebih murah ketimbang yang jumlahnya sedikit dan jarang dijumpai. Wajar, faktor alam dan pasar ikut menentukan kualifikasi ini. (Baca selengkapnya)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com