KOMPASIANA---Saat mengerjakan skripsi maupun Tugas Akhir, mahasiswa tingkat akhir kerap banyak pengorbanan yang dilakukan agar bisa selesai.
Karana, biar bagaimanapun, proses belajar selama di kampus mesti diselesaikan dengan cara lulus sidang skripsi.
Skripsi merupakan sebuah penelitian sederhana, tapi ada saja kendala dan drama yang terjadi kala ingin menyelesaikan skripsi: dari mencari bahan riset hingga berhadapan dengan dosen pembimbing skripsi.
Maka, tidak heran jika skripsi justru menjadi momok bagi mahasiswa karena dianggap sulit dan melelahkan.
Adakah cara sederhana agar saat mengerjakan skripsi tidak lagi menjadi beban, tapi bisa dilakukan dengan riang?
1. Merasa Depresi karena Skripsi
Menurut Kompasianer Diana Lieur pertanyaan "Sudah sampai mana skripsimu hari ini?" itu sama menakutkannya dengan "Kapan nikah?" atau "Kapan dapet kerjaan?"
Ketika sedang merasa kesulitan menyusun skripsi, ternyata masih ditambah dengan dua dosen pembimbing yang keinginannya berbeda-beda.
"Hal itu jelas membuat saya stres, belum lagi revisi yang saya terima malah membawa saya kepada masalah yang semakin kacau," tulis Kompasianer Diana Lieur.
Dalam masa-masa depresi karena skripsi inilah, setiap orang akan memiliki tindakan yang berbeda-beda, dan sulit untuk memaksakan ia harus seperti ini atau itu.
Alhasil, lanjut Kompasianer Diana Lieur, bagi mereka yang merasa menyerah, kemudian mengakhiri segalanya termasuk hidupnya adalah cara yang tersisa. (Baca selengkapnya)
2. Ketika "Overthinking" Skripsi Malah Berujung Bengong, Harus Bagaimana?
"Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai”" bukanlah semata slogan belaka.
Kompasianer Firda Fatimah juga membenarkan itu bahawa skripsi yang dikerjakan dan diselesaikan.
Namun, dalam menyelesaikan skripsi tidak semudah dan segampang memberi motivasi atau menanyakannya saja. Malah tidak sedikit mahasiswa yang overthinking karena skripsi.