Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi RI Diproyeksi Minus 1 Persen di Kuartal I-2021

Kompas.com - 04/05/2021, 12:59 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran minus 1 persen pada kuartal I-2021.

Hal ini seiring dengan masih rendahnya konsumsi masyarakat.

Ekonom Indef Eko Listiyanto mengatakan, laju konsumsi masyarakat sepanjang Januari-Maret 2021 diprediksi minus 2,5 persen hingga minus 3 persen.

Baca juga: PMI Manufaktur RI Kembali Naik, Sri Mulyani: Menunjukkan Arah Perbaikan Ekonomi

Sebab, optimisme konsumen meski ada kenaikan tapi tidak signifikan.

"Dugaan kami (pertumbuhan ekonomi) masih minus 1 persen, karena meski sudah ada perbaikan, tapi untuk ke angka positif atau setidaknya minus 0,5 persen, itu variabelnya belum cukup buat dorong ke arah situ," ujar Eko dalam webinar Indef, Senin (3/5/2021).

Jika laju ekonomi kuartal I-2021 masih minus, maka Indonesia dipastikan masih terjebak di jurang resesi.

Sebab, sejak kuartal II-2020 ekonomi tercatat negatif.

Kendati demikian, lanjut Eko, beberapa angka indikator pertumbuhan ekonomi terus membaik dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya.

Baca juga: Ekonomi Susah, Pengusaha Minta Keringanan Bayar THR

Ia menjelaskan, proyeksi itu berdasarkan tingkat konsumsi masyarakat yang belum pulih untuk bisa menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Daya beli masyarakat masih tertekan akibat pandemi Covid-19.

Hal itu tercermin dari tingkat inflasi jelang Ramadhan dalam dua tahun terakhir.

Pada Ramadhan 2019, inflasi mencapai 0,68 persen, sedangkan di 2020 hanya 0,08 persen dan di 2021 menjadi 0,13 persen.

Artinya, meski sudah ada kenaikan konsumsi pada tahun ini, tetapi angkanya masih lemah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Menko PMK Muhadjir: Zakat Sangat Berpotensi Bantu Pemulihan Ekonomi

Selian itu, daya beli masyarakat yang masih rendah terlihat pula dari kondisi harga sejumlah bahan pokok yang cenderung stabil dari tahun lalu.

Hal itu menunjukkan belum pulihnya permintaan masyarakat, masih sama seperti Ramadhan di 2020 yang sudah terdampak Covid-19.

"Ada 6 bahan pokok seperti beras, daging sapi, daging ayam, telur, bawang merah, dan cabai yang harganya relatif tetap, polanya ternyata hampir sama dari Ramadhan tahun lalu, landai. Sebelum Covid-19 itu rata-rata bahan pangan di awal Ramadhan ada sedikit kenaikan. Jadi masih jauh dari perbedaannya dari kondisi sebelum Covid-19," jelas Eko.

Ia menambahkan, kondisi ekonomi tiga bulan pertama 2021 juga terlihat dari laju kredit yang masih negatif dan konsisten menurun.

Pada Januari tercatat minus 1,93 persen, Februari minus 2,15 persen, dan Maret minus 4,13 persen.

Baca juga: Akibat Covid-19, Kerugian Ekonomi Tahun 2020 Capai Rp 1.356 Triliun

"Dari gambaran itu, agak susah juga kalau bicara pertumbuhan ekonomi positif ketika laju kreditnya juga sangat rendah. Jadi dugaan kami memang yah masih resesi dan angkanya minus 1 persen di kuartal I-2021," ucap Eko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com