Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Pengolahan Susu Masih Bergantung Impor, Kok Bisa?

Kompas.com - 18/11/2021, 18:37 WIB
Elsa Catriana,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Industri pengolahan susu di Indonesia masih bergantung pada bahan baku impor.

Kementerian Perindustrian mencatat, 80 persen bahan baku industri dipasok dari luar negeri sementara 20 persennya berasal dari peternak lokal.

Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, pemerintah harus menangani hal ini secara serius.

Baca juga: Tak Terdampak Pandemi, Bisnis Sapi Perah Masih Menjanjikan

Sebab menurut dia, jika hal ini tidak segera ditindaklanjuti, industri pengolahan susu Indonesia akan terus bergantung pada impor.

"Kalau tidak serius ditangani kemungkinan 80 persen tadi bisa menjadi 85 persen bahkan 95 persen," kata Putu dalam acara Gathering Forwin 2021 dan Workshop bertema 'Industri Agro bersama Media Mendorong Program Kemitraan Industri Pengolahan Susu, Kamis (18/11/2021).

Putu menuturkan, pada 2020, kebutuhan bahan baku susu industri ini tercatat 3,85 juta ton (setara susu segar).

Pasokan bahan baku lokal hanya mampu memenuhi 0,85 juta ton, sementara sisanya 3 juta ton dipenuhi dari impor.

Adapun susu segar diimpor dari berbagai negara dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, butter milk dan whey.

Baca juga: Jasa Marga Bentuk Satgas Jelang Natal dan Tahun Baru, Ini Tugasnya

Selain itu, Putu menambahkan, ada beberapa hal yang menghambat pengembangan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) di hulu, seperti kualitas SSDN yang rendah karena cemaran bakteri patogen tinggi dan kadar padatan rendah.

Kemudian, kepemilikan sapi perah peternak rakyat rendah hanya 2 sampai 3 ekor sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar.

Belum lagi produktivitas sapi perah rakyat juga rendah jauh di bawah produktivitas sapi di mega farm.

"Terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan untuk peternak rakyat juga menjadi penghambat," ujar Putu.

Di sisi lain, rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu masih tinggi.

Baca juga: Sri Mulyani Proyeksi Defisit APBN Turun Jadi 4,7 Persen pada Tahun Depan

"Peternak lokal juga kurang pemahaman mengenai Good Diary Farming Practices," kata Putu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com