Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Hadapi Krisis Pangan, Menkeu AS Sarankan 3 Hal Ini

Kompas.com - 15/07/2022, 19:45 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

BADUNG, KOMPAS.com - Saat ini dunia tengah menghadapi krisis pangan yang dapat diperburuk keadaannya oleh pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina yang hingga kini masih belum diketahui kapan berakhir.

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan, negara yang paling terdampak dalam krisis pangan ini ialah negara-negara miskin.

"Negara berpenghasilan rendah yang sudah menghadapi kendala fiskal yang parah, sedang berjuang untuk mengimpor cukup pupuk, makanan, dan untuk menyediakan bahkan keamanan sosial yang paling dasar untuk rakyat mereka saat ini," ujar Janet Yellen dalam G20 High Level Seminar di Bali, Jumat (15/7/2022).

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Krisis Pangan Global Berpotensi Berlanjut hingga 2023

Dia menyebut, negara anggota G20 perlu bekerja sama untuk mengentasi krisis pangan ini dan melindungi masyarakat yang rentan dari ancaman kelaparan.

Untuk itu, dalam G20 High Level Seminar: Promoting Global Collaboration for Tackling Food Insecurity dia menyarankan 3 hal ini:

1. Menghindari kebijakan yang kontraproduktif

Dia menyarankan agar negara anggota G20 memberikan contoh serta mengajak negara lain untuk menghindari memberikan respons kebijakan yang kontraproduktif, seperti pembatasan ekspor dan penimbunan yang mendistorsi pasar yang kemudian dapat membuat harga komoditas menjadi naik.

Selain itu, pemerintah juga harus memberikan tanggapan fiskal kepada masyarakat yang paling membutuhkan.

"Memanfaatkan alat digital digunakan untuk secara hati-hati menargetkan bantuan untuk rumah tangga yang rentan, daripada menggunakan subsidi menyeluruh yang regresif dan mahal," jelasnya.

2. Memanfaatkan ketahanan pangan dan pertanian

Menurutnya, krisis pangan dapat ditangani jika negara memanfaatkan ketahanan pangan dan pertanian secara maksimal. Salah satunya melalui lembaga pembangunan multilateral khusus pangan, seperti GAFS, IMF, dan WTO.

Baca juga: 276 Juta Penduduk Dunia Dihantui Krisis Pangan, Sri Mulyani: Ini Benar-benar Masalah yang Mengancam...

"Kita harus terus mendorong lembaga-lembaga ini untuk meningkatkan dan mencari respon terhadap krisis dengan mendesak," kata Janet Yellen.

3. Menyiapkan bantuan keuangan

Dia juga menyarankan agar negara-negara mengambil langkah untuk memberikan bantuan keuangan kepada negara yang membutuhkan.

Dia mencontohkan, negaranya telah berupaya mengatasi kerawanan pangan dengan memberikan tambahan bantuan sebesar 2,76 miliar dollar AS di atas 2,8 miliar dollar AS yang telah disumbangkan sejak Rusia menginvansi Ukraina.

"Kami juga menyediakan 500 miliar dollar AS kerangka ketahanan dan mata pencaharian untuk mendukung ketahanan pangan dan energi. Kami juga akan berkontribusi pada fasilitas produksi pangan darurat Afrika dan inisiatif tanggap krisis dari bank pembangunan Afrika," ucap Yellen.

Dia menyebut masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengentaskan kelaparan dan kemiskinan di dunia.

"Selain menanggapi krisis saat ini dan saya berharap dapat melanjutkan keterlibatan kami dengan Mitra di lembaga keuangan Internasional G20 dan organisasi Internasional lainnya," tutur Janet Yellen.

Baca juga: Ramalan Sri Mulyani, Krisis Pangan Dunia Kian Memburuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Jadi 'Menkeu' Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Jadi "Menkeu" Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Spend Smart
Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Whats New
Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Whats New
Bank Mandiri Genjot Transaksi 'Cross Border' Lewat Aplikasi Livin’

Bank Mandiri Genjot Transaksi "Cross Border" Lewat Aplikasi Livin’

Whats New
Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com