Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Masih Tahan Suku Bunga, Apakah Rupiah Bakal Kembali Tertekan?

Kompas.com - 22/07/2022, 12:50 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pada sesi perdagangan Jumat (22/7/2022) diproyeksi kembali melemah. Ini tidak terlepas dari keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan.

Selisih antara suku bunga acuan BI dan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) yang semakin menipis dinilai membuat dollar AS lebih menarik ketimbang rupiah.

"BI yang mempertahankan tingkat suku bunga acuannya karena inflasi Indonesia masih dalam kisaran target bisa memberikan tekanan ke rupiah," ujar Analis pasar uang, Ariston Tjendra, kepada Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Pertahankan Suku Bunga, Ini Strategi BI Meredam Dampak Perlambatan Ekonomi Global

Sebagaimana diketahui, The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini. Pasar memproyeksi, suku bunga The Fed lagi-lagi naik 75 basis poin pada pekan depan.

"Rupiah mungkin masih dalam tekanan terhadap dollar AS hari ini. Pelaku pasar bersiap terhadap kenaikan suku bunga acuan AS pekan depan," tutur Ariston.

Adapun pada sesi perdagangan pagi hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot terpantau bergerak fluktuatif. Setelah dibuka melemah, pada pukul 11.30 WIB nilai tukar rupiah menguat tipis, 0,14 persen, ke level Rp 15.015,5 per dollar AS.

Baca juga: BI: Depresiasi Rupiah Lebih Rendah dari Mata Uang Negara Lain

Depresiasi rupiah masih lebih baik dari negara lain

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, hingga 20 Juli 2022 nilai tukar rupiah terdepresiasi atau melemah 4,9 persen dibandingkan posisi akhir 2021.

Meski begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan depresiasi rupiah tersebut relatif lebih rendah dibandingkan mata uang negara-negara berkembang lainnya. Menurut BI, ringgit Malaysia sudah melemah 6,41 persen, rupee India melemah 7,07 persen, dan baht Thailand menyusut 8,88 persen.

"Depresiasi rupiah year to date tadi kami sampaikan 4,9 persen, lebih rendah dari negara lain Malaysia, Thailand, dan negara lain," ujar Perry saat konferensi pers virtual, Kamis (21/7/2022).

Baca juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan, Rupiah Melemah Tembus Level 15.000 Per Dollar AS

Menurut Perry, peningkatan tekanan pada mata uang Garuda ini turut dialami oleh mata uang negara lainnya. Hal ini akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan yang disebabkan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif.

Hal itu dilakukan berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Namun BI memastikan volatilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga meskipun terjadi depresiasi. Salah satunya dengan mengintervensi pasar keuangan dan menjaga likuiditas rupiah tetap di level yang optimal.

"Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," jelas Perry.

Baca juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,50 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com