Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut: Kami Ingin Menunjukkan ke Dunia Betapa Menariknya Menjadi Pelaku Bisnis di Indonesia

Kompas.com - 21/09/2022, 14:40 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengapresiasi industri minyak dan gas (migas) yang telah menemukan berbagai sumber migas baru seperti Premier Oil yang baru saja ditemukan di lapangan gas baru di lepas pantai Aceh.

Kemudian, Pertamina Hulu Rokan telah menyelesaikan lebih dari 350 sumur baru dalam waktu satu tahun setelah akuisisi. Blok Cepu ExxonMobil akan mengebor lebih banyak sumur klastik dan infill.

Luhut berharap banyaknya temuan migas tersebut mampu menarik para investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Baca juga: Luhut: Indonesia Jadi Kekuatan yang Harus Diperhitungkan

"Persis inilah yang ingin saya dengar lebih banyak dari industri ini, lebih banyak penemuan dan lebih banyak aktivitas. Kami ingin menunjukkan kepada dunia betapa menariknya menjadi pelaku bisnis di Indonesia," katanya melalui tayangan video saat perhelatan IPA Convex di Jakarta, Rabu (21/9/2022).

Luhut bilang, industri migas ini memberikan manfaat bagi masyarakat. Selain mendapat transfer teknologinya juga menguntungkan bagi para investor karena keuntungan yang diraih dari hasil produksinya.

"Kami ingin bisnis ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Indonesia melalui transfer teknologi dan peningkatan kapasitas, tetapi juga memberikan keuntungan yang baik bagi para investor," lanjut Luhut.

Menurutnya, industri migas tetap strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Peran industri ini semakin signifikan karena Indonesia mendukung Perjanjian Paris (Paris Agreement) untuk mencapai emisi nol karbon pada 2050 atau lebih dini.

Dengan menyediakan energi bersih, sambung Luhut, akan membantu Indonesia bertransisi atau beralih menuju energi baru terbarukan (EBT).

"Ini bukan tugas yang mudah karena kita harus menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pada saat bersamaan, pertumbuhan ini akan membutuhkan sumber energi yang melimpah, terjangkau, dan andal," ucap Luhut.

Baca juga: Anak Buah Luhut Sebut Energi Butuh SDM yang Fasih Gunakan Teknologi Digital

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menuturkan bahwa Pemerintah Indonesia menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan perubahan iklim dan transisi energi menuju Net Zero Emission pada 2060.

Namun demikian, peran minyak dan gas bumi dalam transisi energi sangat penting karena bahan bakar fosil masih memegang peranan penting dalam tuntutan pemenuhan energi nasional.

“Untuk itu diperlukan proses transisi yang terukur dan harus mengelola sistem energi untuk disesuaikan,” kata dia.

Arifin menambahkan, dalam konteks energi rendah karbon, peran gas alam sangat penting sebagai energi transisi sebelum dominasi bahan bakar fosil beralih ke energi terbarukan dalam jangka panjang.

“Tentu saja, transisi energi ini akan dilakukan dalam beberapa tahap dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan, “ ujar dia.

Menurutnya, untuk mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi minyak dan gas dan target emisi karbon, diperlukan inovasi teknologi rendah emisi misalnya melalui penerapan CCUS.

Saat ini ada 14 proyek CCS/CCUS di Indonesia, namun semua kegiatan masih dalam tahap studi/persiapan, namun sebagian besar ditargetkan onstream sebelum 2030.

Baca juga: Luhut hingga Dirut PLN Bakal Bahas Nol Emisi Karbon di IPA Convex 2022

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com