Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Targetkan Defisit Anggaran Turun ke 2,16 Persen di 2024

Kompas.com - 20/02/2023, 17:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di 2024 sebesar 2,16 persen-2,64 persen dari produk domestik bruto (PDB). Target itu kian mengecil dari defisit APBN 2023 yang disasar sebesar 2,84 persen.

Adapun penetapan target defisit APBN 2024 itu dibahas dalam rapat terbatas (ratas) terkait Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) Tahun 2024, yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Untuk tahun depan awal kita perkirakan defisit semakin menurun pada level 2,16 persen-2,64 persen dari PDB dengan primary balanced mendekati nol," ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers usai ratas di Istana Negara, Senin (20/2/2023).

Baca juga: Bandingkan Defisit APBN RI dengan Negara Maju, Kemenkeu: Cukup Baik

Ia menjelaskan, dalam menyusun kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal terkait APBN 2024, pemerintah memantau sejumlah perkembangan global yang terjadi saat ini.

Di antaranya, konflik geopolitik yang meningkat, inflasi dunia yang sangat tinggi sehingga menyebabkan kenaikan suku bunga global, serta kembali dibukanya lockdown China.

"Ini menimbulkan berbagai macam kemungkinan dan juga beberapa tantangan yang harus kita antisipasi," kata dia.

Bendahara negara itu mengatakan, pemerintah akan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di 2022 yang sebesar 5,3 persen bisa terus berlanjut hingga ke 2024.

Baca juga: Sri Mulyani Blokir Anggaran K/L Rp 50,23 Triliun, Ada Perjalanan Dinas hingga Belanja Barang

Oleh sebab itu, pemerintah akan menjaga konsumsi rumah tangga untuk bisa tetap tumbuh di atas 5 persen, mengendalikan laju inflasi, mendorong penguatan investasi, hingga mengantisipasi kondisi global terhadap kinerja ekspor.

"Kita perlu mengantisipasi kondisi global yaitu dalam bentuk ekspor yang barangkali mengalami disrupsi karena geopolitik dan harga komoditas yang mungkin dalam hal ini ketidakpastiannya meningkat karena terjadinya persaingan politik antara negara-negara besar," papar Sri Mulyani.

Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,31 Persen, Sri Mulyani: Jadi Titik Terang di Tengah Guncangan Global

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com