Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi 400,1 Miliar dollar AS

Kompas.com - 14/04/2023, 11:10 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi utang luar negeri (ULN) RI mengalami penurunan, baik secara tahunan (year on year/yoy) atau bulanan (month to month/mtm) pada Februari 2023. Penyusutan itu disebabkan oleh penurunan ULN pemerintah dan bank sentral, serta ULN swasta.

Hingga akhir Februari 2023 posisi ULN RI sebesar 400,1 miliar dollar AS. Jika dibandingkan posisi Februari tahun sebelumnya, ULN RI menurun sebesar 3,7 persen. Sementara itu jika dibandingkan posisi Januari 2023, ULN RI susut sekitar 4,3 persen.

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam keterangannya, Jumat (14/4/2023).

Baca juga: Kereta Cepat Terjerat Utang China, Siapa yang Akan Membayarnya?

Posisi ULN pemerintah

Adapin posisi ULN pemerintah sampai dengan akhir Februari lalu sebesar 192,3 miliar dollar AS, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 194,3 miliar dollar AS. Jika dibandingkan secara tahunan, ULN pemerintah terkontraksi sebesar 4,4 persen.

Erwin mengatakan, penyusutan itu didorong oleh pergeseran penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan volatilitas pasar keuangan global yang masih tinggi.

Jika dilihat berdasarkan alokasinya, ULN pemerintah utamanya digunakan untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan porsi 24 dari total ULN pemerintah, kemudian diikuti administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,8 persen), jasa pendidikan (16,7 persen), konstruksi (14,2 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (10,4 persen).

"Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah," tutur Erwin.

Posisi ULN swasta

Sementara itu, posisi ULN swasta pada Februari sebesar 198,6 miliar dollar AS, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 201 miliar dollar AS. Secara tahunan, ULN swasta juga terkontraksi, yakni sebesar 3,4 persen.

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) masing-masing sebesar 6,2 persen (yoy) dan 2,7 persen (yoy)," kata Erwin.

Bank sentral mencatat, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian dengan pangsa mencapai 78,2 persen dari total ULN swasta.

Posisi ULN swasta juga dinilai masih terjaga. Hal ini ditunjukan dengan dominasi ULN jangka panjang, dengan pangsa mencapai 75,4 persen terhadap total ULN swasta.

Dengan melihat posisi dari ULN pemerintah dan swasta itu, BI menilai, stuktur ULN RI masih terjaga. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 29,9 persen, menurun dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30,3 persen.

Kemudian, jika dilihat berdasarkan tenornya ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN jangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,6 persen dari total ULN.

"Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," ucap Erwin.

Baca juga: RI Mau Nego Lagi ke China agar Bunga Utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung Jadi 3 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com