Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdy Hasiman
Peneliti

Peneliti di Alpha Research Database. Menulis Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara, Gramedia 2019. dan Monster Tambang, JPIC-OFM 2013.

MIND ID dan Program Hilirisasi Mineral

Kompas.com - 02/05/2023, 09:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMERINTAHAN Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang gencar mendorong hilirisasi tambang dengan mendorong semua perusahan tambang domestik membangun pabrik pemurnian dalam negeri. Semua jenis tambang mineral tanpa pengecualian tak diperkenankan lagi mengekspor bijih tambang dalam bentuk bahan mentah dengan harga murah.

Larangan itu demi meningkatkan nilai tambah, meningkatkan penerimaan negara, dan pembangunan ekonomi. Lebih dari itu, hilirisasi penting agar Indonesia sebagai negara kaya sumber daya alam (SDA) bisa memasuki pintu gerbang industrialisasi.

Namun, langkah mendorong hilirisasi tak mudah, karena banyak perusahaan tambang, baik asing maupun domestik, tak sanggup membangun pabrik smelter dengan alasan biaya mahal dan investasi dianggap tak ekonomis.

Baca juga: Hilirisasi sebagai Strategi Dekolonisasi Ekonomi

Meskipun demikian, tak demikian dengan perusahaan tambang milik negara (BUMN), seperti MIND ID. MIND ID boleh dikatakan menjadi penopang kebijakan hilirisasi pemerintahan Jokowi, karena anggota holding MIND ID, seperti PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Freeport Indonesia sudah siap dan bahkan sudah memiliki progres yang jauh dalam pembangunan pabrik smelter nikal, bauksit, tembaga dan timah.

MIND ID sebagai perusahaan BUMN sudah menjadi motor penggerak kebijakan hilirisasi pemerintahan Jokowi. Pertanyaannya adalah seperti pembangunan smelter anggota holding MIND ID itu?

Sejak Orde Baru

Sejak pemerintah mewajibkan semua perusahaan tambang membangun pabrik smelter (pemurnian) domestik tanggal 14 Januari 2014, perusahaan tambang BUMN sebenarnya sudah lama membangun pabrik smelter. Mereka tak menjual bahan tambang dalam bentuk mentah ke luar dalam harga murah.

PT Indonesia Asahan Alumina (Inalum), misalnya, sejak tahun 1976 telah membangun pabrik smelter alumina ingot dengan kapasitas 300.000 ton per tahun untuk diekspor ke negara-negara Asia. Tahun 2014, dialihkan kepemilikan dari Jepang ke tangan negara melalui BUMN. Sekarang Inalum menjadi raja di sektor alimina dan tak tertandingi di Asia.

Alumina ingot adalah pabrik pemurnian bahan tambang bauksit. Inalum selama ini mengolah 1 juta ton bauksit menjadi 300.000 ton alumina ingot.

Selain Inalum, anggota holding MIND ID lainnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sejak tahun 1973 telah membangun pabrik smelter feronikel berkapasitas 27.000 metrik ton di Pomala, Sulawesi Tenggara. Hal ini yang belum diketahui banyak orang.

Pada saat Indonesia menjadi negara pengekspor bijih nikel mentah terbesar di dunia sebelum tahun 2017, ANTM ternyata sudah membangun pabrik smelter sejak zaman Orde Baru. Perusahaan itu tentu sudah sejak awal menyadari pentingnya pembangunan smelter nikel untuk energi di masa depan.

Dalam konteks ini, ANTM sebenarnya menjadi pioner bagi perubahan paradigma tambang dari ekstraktif, menjual mineral mentah dengan harga murah menuju paradigma pengolahan untuk memberikan nilai tambah bagi pembangunan negeri ini.

Baca juga: Perusahaan Tambang dan Hilirisasi Nikel Trimegah Bangun Persada Bakal IPO, Incar Dana Segar Rp 9,7 Triliun

ANTM juga hanya tinggal menunggu waktu menuntaskan pengembangan pabrik smelter feronikel (FeNi) di Halmahera Timur (FeNi Haltim) dengan kapasitas 13,500 ton per tahun. Ini kabar baik untuk negeri ini, karena dengan desain kapasitas sebesar 13,500 ton per tahun, FeNi Haltim akan menghasilkan 200 juta dolar AS pendapatan jika dikalkulasi dengan harga nikel sekarang sebesar 17.000 dolar per ton.

Jika nantinya tuntas, ditambahkan dengan pabrik smelter yang sudah dibangun sejak zaman Orde Baru di Pomala, anggota holding MIND ID ini akan menjadi perusahaan negara yang menjanjikan untuk tahun-tahun ke depan dan menjadi pesaing utama perusahaan-perusahaan global di sektor nikel.

MIND ID sebagai holding menjadi raja dalam industri tambang di Tanah Air dan bisa diperhitungkan dalam panggung global.

Selain ANTM, anggota MIND ID lainnya, PTBA sedang berusaha membangun pabrik dimethyl ether (DME) atau proyek gasifikasi Tanjung Enim. Proyek gasifikasi Tanjung Enim adalah proyek strategis nasional untuk mengubah batubara menjadi dimethyl ether atau proyek mengubah batubara menjadi liquefied petroleum gas (LPG).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com