Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bappenas Tepis Kegagalan Program Jokowi Capai Target RPJMN 2024

Kompas.com - 06/06/2023, 10:54 WIB
Ade Miranti Karunia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menepis kegagalan pemerintah terhadap pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pemerintah pada 2024.

Menurut dia, justru RPJMN yang belum tercapai di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa dilanjutkan lagi kepada kepemimpinan berikutnya.

"Jadi ada banyak indikator yang disiapkan Bappenas yang apa saja kita bisa capai dan mana saja yang menjadi homework (pekerjaan rumah) ke depan yang harus dilanjutkan," katanya ditemui di Jakarta pada Senin (5/6/2023) malam.

"Bukan berarti gagal, sama sekali tidak. Kita tidak bicara soal gagal. Jangan sampai mengatakan "oh ini tidak bisa dicapai". Pasti ada sesuatu di sana kenapa tidak bisa dilaksanakan," lanjut Suharso.

Baca juga: Bappenas Beberkan Target Pembangunan Jokowi yang Terancam Tak Tercapai

Terpenting kata Suharso, arah untuk mencapai program tersebut sudah sesuai. "Jadi sekali lagi bukan kita enggak mampu, yang penting kita berjalan ke arah yang benar enggak gitu. Bappenas ingin mengatakan kita telah berjalan ke arah yang benar. Kita ingin mencapai target sasaran yang sudah kita tetapkan bersama dan menjadi kesepakatan kita," ujarnya.

Sewaktu mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI Senin kemarin, dirinya memaparkan banyak program Jokowi yang berhasil dicapai.

"Di bidang-bidang lain ada juga yang bisa kita capai. Tadi saya juga bicara misalnya jalan tingkat kabupaten/kota, jalan di tingkat provinsi. Saya juga bicara mengenai soal air minum yang bisa kita capai sampai di tingkat mana, kemudian sampah gitu," jelas Suharso.

Baca juga: Bappenas Sebut Tingkat Kemiskinan di 16 Provinsi Masih Relatif Tinggi

 


Namun, Suharso tidak menampik ada beberapa program RPJMN yang kemungkinan tidak tercapai pada tahun depan, seperti stunting dan kemiskinan ekstrem.

"Kemudian mengenai kemiskinan ekstrem, sebenarnya kalau kita hitung dengan angka 1,9 dollar AS presising power priority, mudah-mudahan kita bisa mendekati nol pada 2024," harapnya.

Sebelumnya di rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Suharso menyebutkan 10 indikator RPJMN 2024 berisiko tidak tercapai.

Adapun kesepuluh indikator tersebut yaitu imunisasi, stunting, wasting, tuberkulosis, eliminasi malaria, kusta, jumlah perokok anak-anak, obesitas, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), dan puskesmas.

Baca juga: Kepala Bappenas: Pendapatan RI Bakal Disalip Vietnam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com