Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerbangan Jadi Sering "Delay", Kemenhub Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 07/06/2023, 09:02 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyoroti banyaknya penerbangan yang mengalami keterlambatan (delay).

Mulai dari penerbangan maskapai Lion Air hingga Garuda Indonesia tak luput mengalami keterlambatan jadwal penerbangan.

Teranyar, keterlambatan penerbangan dialami oleh kloter 4 jemaah haji pada penerbangan Garuda Indonesia dari embarkasi Banjarmasin.

Baca juga: Daftar Kompensasi Pesawat Delay untuk Penumpang

Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan, keterlambatan pesawat yang terjadi pada berbagai maskapai disebabkan oleh jumlah pesawat yang beroperasi saat ini terbatas.

Jumlah pesawat yang terbatas ini diakibatkan adanya pengurangan pesawat selama pandemi Covid-19. Seperti diketahui, industri penerbangan menjadi yang paling terdampak saat pandemi karena adanya pembatasan perjalanan di dalam dan luar negeri.

"Supply pesawat memang belum kembali ya khususnya untuk maskapai seperti Garuda Group itu memang secara supply dalam arti jumlah aircraft atau jumlah pesawatnya memang jauh lebih kecil daripada sebelum Covid dan kondisi ini juga belum kembali seperti semula," ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (6/6/2023).

Baca juga: Tarif Penerbangan di Batas Atas, Layanan di Batas Bawah


Pada kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan, jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia berkurang dari semula 600 pesawat menjadi hanya 450 pesawat, sehingga menyebabkan daya jelajah pesawat menjadi rendah.

"Oleh karenanya dalam ratas kemarin juga sudah disampaikan kepada Presiden yang meminta kami untuk maskapai meningkatkan pesawatnya dan bahkan kami ditugaskan untuk mengundang maskapai yang baru untuk melakukan penerbangan," kata Menhub.

Meski jumlah pesawat masih belum pulih, namun jumlah penumpang di masa transisi menuju normal justru melonjak tinggi. Hal ini mengingat peraturan pembatasan perjalanan sudah tidak diberlakukan lagi sehingga masyarakat bebas melakukan penerbangan. Hal ini mengakibatkan demand dan supply menjadi tidak seimbang.

Baca juga: Penerbangan Lion Air Sering Terlambat, YLKI: Masa Tarif Sudah Tinggi tapi Masih Sering Delay

Misalnya pada beberapa penerbangan yang terlambat akibat masalah teknis seperti ada masalah di mesin pesawat, menyebabkan maskapai harus mengganti armada pesawat lain.

Namun karena jumlah pesawat terbatas, maka penerbangan menjadi tertunda karena maskapai harus menunggu atau mencari pesawat lain yang bisa digunakan. Tak jarang, pesawat yang dapat dioperasikan berada jauh dari bandara keberangkatan.

Hal ini terjadi pada penerbangan Lion Air dari Bandar Udara Depati Amir Pangkalpinang (PGK) tujuan Bandar Udara HAS Hanandjoedin di Tanjung Pandan (TJQ). Penerbangan dijadwalkan berangkat pukul 08.15 WIB pada Selasa (2/5/2023).

Baca juga: Pesawat Jakarta-Surabaya Delay, Dirut Garuda Minta Maaf

Namun karena adanya masalah di kompartemen kargo pesawat, Lion Air memutuskan menunda penerbangan. Kemudian ternyata pesawat membutuhkan waktu cukup lama untuk diperbaiki sehingga maskapai mendatangkan pesawat pengganti dari Jakarta.

Lebih lanjut, keterlambatan yang terjadi pada satu penerbangan akan membuat jadwal penerbangan lainnya menjadi terkena dampaknya.

"Jadi akibatnya terjadilah efek domino. Sekali ada yang delay, biasanya akan berdampak kepada penerbangan yang lain, nah ini juga yang kita lihat kecenderungannya juga seperti itu sekarang," kata Adita.

Baca juga: Pesawat Super Air Jet Delay 3 Jam, Dirut Minta Maaf dan Ungkap Penyebabnya

Dia mengungkapkan, keterlambatan pesawat akibat tidak seimbangnya jumlah pesawat dan jumlah penumpang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga dialami oleh semua maskapai di dunia.

Bahkan jika melihat penyebab masalah lebih luas lagi, industri penerbangan dunia juga tengah mengalami kesulitan suku cadang pesawat yang masih langka.

"Sampai sekarang suku cadang masih langka karena pabrikannya masih belum seperti dulu. Orangnya juga para pekerja pabrik belum kembali lagi seperti dulu. jadi ada masalah supply tidak hanya di kondisi pesawat tapi juga suku cadang dan juga komponen-komponen lain. Nah ini adalah tantangan internasional sebenarnya," tuturnya.

Baca juga: Berapa Kompensasi Delay Pesawat untuk Penumpang Maskapai?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com