Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Visa Catat 93 Persen "Gen Y" Pilih Perbankan Virtual

Kompas.com - 19/06/2023, 20:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Minat terhadap perbankan virtual (virtual banking) terus meningkat dari tahun ke tahun.

Consumer Payment Attitudes Study 2022 Visa yang dilakukan di Indonesia menemukan, setidaknya 8 dari 10 konsumen menunjukkan ketertarikan untuk membuka rekening virtual bank, terutama kalangan kaya (affluent) dan generasi muda.

Head of Products and Solutions Visa Indonesia Dessy Masri menjelaskan, minat masyarakat pada perbankan virtual terus bertumbuh dari 86 persen pada 2021 menjadi 88 persen pada 2022.

"Generasi muda dan kaum affluent (kaya) yang paling berminat, dengan Gen Y dan kaum Affluent pada 93 persen dan Gen Z di 91 persen," ujar dia dalam virtual talk show Contactless Talk: "Memasuki Era Virtual Banking di Indonesia”, Senin (19/6/2023).

Baca juga: Pembayaran Cashless Makin Meningkat, VISA: Faktor Pandemi Turunkan Penggunaan Uang Tunai

Sementara itu, Peneliti Ekonomi Digital dari Institute for Development of Economic and Financial (INDEF) Nailul Huda menjelaskan, masyarakat mulai malas untuk transaksi secara fisik dengan pergi ke kantor cabang atau ATM.

"Kini, mereka cenderung lebih sering menggunakan online banking ataupun mobile apps,” tutur dia.

Baca juga: Survei Visa: 67 Persen Masyarakat Indonesia Bersiap Tinggalkan Uang Tunai

Menurut dia, hal ini membantu masyarakat yang belum terlayani bank konvensional untuk lebih mudah membuat dan memiliki rekening bank, sehingga membantu inklusi keuangan.

Di sisi lain, peningkatan inklusi keuangan ini belum berbanding lurus dengan tingkat literasi keuangan.

Berdasarkan, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, tingkat inklusi keuangan di Indonesia telah mencapai 85,10 persen. Namun, indeks literasi keuangan masih di angka 49,68 persen.

“Artinya, banyak orang yang memiliki akun bank, tapi tidak paham terhadap produk-produk keuangannya. Ini bisa berbahaya karena mereka jadi rentan terhadap penipuan. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat untuk mengurangi risiko tersebut,” tandas Huda.

Baca juga: Pesan Wapres agar Sektor Keuangan Syariah Tidak Memicu Krisis Seperti di 2008

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com