Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Industri Tekstil Menderita, Menperin: gara-gara Produk Impor

Kompas.com - 03/07/2023, 18:00 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada bulan Juni menyentuh level 52,5 atau naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya di tingkat 50,3.

PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampui PMI Manufaktur ASEAN (51,0), Malaysia (47,7), Myanmar (50,4), Filipina (50,9), Taiwan (44,8), Vietnam (46,2), Jepang (49,8), China (50,5), Korea Selatan (47,8), Inggris (46,2), dan Prancis (45,5).

Namun, di tengah kondisi ekspansif sektor manufaktur nasional, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih mengalami kontraksi. Bahkan, termasuk menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada survei IKI Juni 2023.

“Penyebab industri tekstil masih menderita karena pasar domestik dibanjiri produk impor, terutama yang masuk melalui PLB (Pusat Logistik Berikat)," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Senin (3/7/2023).

Baca juga: Industri Tekstil Tertekan, Butuh Dukungan Pemerintah

Agus mengatakan, pihaknya meminta agar dilakukan pengawasan ketat atas barang keluar dari PLB yang masuk ke pasar domestik.

"Serta pengawasan terhadap marketplace yang juga merupakan pintu masuk produk tekstil impor," ujarnya.

Agus juga mengatakan, masih ada peluang bagi industri tekstil dan produk tekstil menyusul adanya tahun ajaran baru sekolah.

Ia yakin tahun ajaran baru sekolah dapat mendorong dan membangkitkan industri TPT yang sedang tertekan.

"Melalui kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), diharapkan untuk pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian pegawai di pemerintah dapat meningkatkan aktivitas produksi di industri TPT untuk memenuhi permintaan tersebut," tuturnya.

Baca juga: Kemenperin Minta Barang Tekstil Impor di Marketplace Diawasi Ketat

 


Lebih lanjut, Agus mengatakan, berdasarkan laporan S&P Global, ekspansi yang dialami industri manufaktur Indonesia pada Juni 2023 didukung oleh peningkatan permintaan baru.

Ia mengatakan, hal tersebut mengakibatkan kenaikan produksi yang turut berdampak pada bertambahnya jumlah tenaga kerja.

"Kita ketahui industri manufaktur selama ini memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk fokus menjalankan kebijakan-kebijakan strategis yang mendukung sektor industri seperti menjaga ketersediaan bahan baku dan energi, perluasan pasar, pengoptimalan produk dalam negeri, serta substitusi impor,” ucap dia.

Baca juga: Industri Tekstil Kontraksi, Kemenperin: Imbas Inflasi AS dan Eropa, Permintaan Ekspor Turun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com