Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdampak Perang, Perusahaan Migas Rusia Jual Sahamnya di Blok Tuna

Kompas.com - 19/07/2023, 15:00 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengungkapkan perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft akan menjual kepemilikan sahamnya di Blok Tuna.

Keputusan ini merupakan buntut dari mandeknya pengembangan Blok Tuna akibat sanksi Uni Eropa dan Inggris kepada Premier Oil Tuna BV, anak usaha Harbour Energy Group karena bermitra dengan Rusia. Sanksi ini merupakan respons invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi pada awal tahun lalu.

Di dalam proyek ini, BUMN Rusia Zarubezhneft melalui anak usahanya ZN Asia Ltd mengempit 50 persen hak partisipasi proyek Lapangan Tuna, adapun 50 persen dimiliki oleh Harbour Energy.

Baca juga: Pertamina Resmi Kelola Blok Peri Mahakam Selama 30 Tahun

Direktur Eksplorasi SKK Migas, Benny Lubiantara mengungkapkan, Zarubezhneft sedang dalam proses farm out.

Sebagai informasi, farm out adalah pengalihan interest dari pemegang wilayah kerja yang ada ke perusahaan lain atau bentuk konsorsium.

“Tentu dengan begini Harbour otomatis akan memiliki partner baru siapa terus terang kita belum tahu. Bisa saja perusahaan migas di Indonesia bisa juga dari luar, most likely dari Indonesia. Tetapi sampai saat ini kita belum tahu,” jelasnya di Gedung Wisma Mulia, Selasa (18/7/2023).

Baca juga: Menteri ESDM Sebut Divestasi Shell di Blok Masela Rampung Juli 2023

Menurut Benny, prospek pengembangan Blok Tuna cukup potensial karena menyimpan cadangan migas yang layak diperhitungkan.

“Tuna lumayan ya, volume gas sekitar 300-an Billion Cubic Feet (BCF) dan minyaknya ada sekitar 20 juta hingga 30 juta,” ujarnya.

Di dalam rencana pengembangan atau plan of development (PoD), hasil migas dari Blok Tuna akan dikirimkan ke Vietnam.

Baca juga: Pemprov Riau Terima 10 Persen Saham Blok Rokan dan Kampar

Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf menjelaskan lebih lanjut, hasil migas dari Blok Tuna akan diekspor ke Vietnam karena jaraknya pengirimannya lebih dekat dibandingkan disalurkan ke dalam negeri.

“Jaraknya hanya 10 kilometer (km) ke Vietnam. Di situ ada fasilitas produksi gas eksisting milik Harbour, tetapi KKKS dengan Vietnam. Ini bisa disinergikan dibandingkan harus ditarik ke domestik butuh 600 km ke West Natuna,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Mempertimbangkan jarak tersebut, Nanang menyatakan, biaya operasional pengiriman hasil gas Blok Tuna akan lebih efisien. Harga gas yang atraktif itu, nantinya akan memberikan dampak positif bagi proyek-proyek yang ada di wiilayah perbatasan.

Baca juga: Perpanjangan Kontrak, Pertamina Garap Blok Migas di Gurun Sahara hingga 35 Tahun

“Pengembangan Blok Tuna juga strategis karena berada di wilayah 3T (Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar), betul-betul terluar karena sudah ada di utara Natuna berbatasan dengan Vietnam,” terangnya.

Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif berharap rencana pengembangan Blok Tuna dapat segera berjalan.

“POD yang di Blok Tuna cari alternatif lain dari Harbour Energy. Mereka sementara menunggu proses pengalihan tentu mereka harus berizin dulu,” ujar Arifin. (Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi)

Baca juga: Pertamina Resmi Kelola 100 Persen Blok East Natuna

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Operator Rusia akan Jual Hak Partisipasi di Blok Tuna

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com