Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Realistiskah Target 2045?

Kompas.com - 24/07/2023, 08:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEMENTERIAN PPN/Bappenas telah menyusun Visi Indonesia 2045, untuk menata arah masa depan menuju ekonomi maju.

Berdasarkan skenario optimistis dan baseline pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata 5,7 persen dan 5,1 persen hingga tahun 2045. Tahun 2045 menandai peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Menurut pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan ekonomi mulai menurun jika volume perekonomian meningkat. Visi Indonesia menginginkan tetap dalam pertumbuhan di atas 5 persen.

Pendapatan per kapita Indonesia diharapkan meningkat dari 5.510 dollar AS tahun 2025 menjadi 23.000 dollar AS tahun 2045.

“Visi Indonesia 2045 menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur”.

Diharapkan Indonesia akan menjadi negara berpenghasilan tinggi dalam waktu dua puluh tahun dan ekonomi terbesar kelima hingga ketujuh pada 2045.

Strategi untuk menggapai visi tersebut dibangun di atas empat pilar, “(1) Pembangunan Manusia dan Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan; (3) Pemerataan Pembangunan; dan (4) Ketahanan dan Tata Kelola Nasional”.

Saat negara ini bertransformasi menuju perekonomian maju, kinerja ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam kita secara maksimal.

Pada 2045, dengan jumlah penduduk hampir 320 juta jiwa dan penduduk perkotaan di atas 70 persen, Indonesia akan berupaya menjadi ekonomi berpendapatan tinggi yang berbasiskan sumber daya manusia.

Dengan bonus demografi yang diperkirakan masih terjadi hingga 2045, Indonesia perlu mengantisipasi permasalahan urbanisasi dan memanfaatkan produktivitas dari aglomerasi menjadi penggerak ekonomi.

Peran IPTEK ditingkatkan dengan tiga penekanan utama: “(1) meningkatkan belanja Riset dan Pengembangan menjadi 1,5 - 2,0 persen dari PDB pada tahun 2045, (2) mengusahakan sebagai salah satu pusat Iptek di kawasan dan dunia khususnya ilmu kemaritiman, pusat kajian keanekaragaman hayati, teknologi material, dan pusat kajian kebencanaan; dan (3) meningkatkan dan melembagakan kerjasama antara pemerintah, universitas, dan industri.

Indonesia telah menetapkan visi untuk menjadi negara maju dan salah satu ekonomi terbesar dunia, yang digerakkan oleh investasi dan perdagangan, industri, pariwisata, maritim, dan jasa; serta didukung infrastruktur andal dan ketahanan pangan, air, dan energi yang kuat”.

Target sektoral dan sosial

Untuk mencapai peran tersebut, Indonesia mengupayakan kontribusi PDB manufaktur dari 18,7 persen tahun 2025 menjadi 28 persen tahun 2045. Target yang berat dan menantang, mengingat sektor ini saat ini jauh tertinggal.

Hampir tidak ada pembangunan dan pengembangan industri manufaktur signifikan, khususnya padat modal yang berasal dari PMDN dan PMA dalam dua puluh tahun terakhir.

Di samping itu, kontribusi PDB sektor maritim juga harus ditingkatkan dari 7,6 persen saat ini menjadi 17,5 persen. Target yang sangat ambisius dan membutuhkan investasi dari pemerintah dan swasta yang juga signifikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com