Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Rapor MTEL, TBIG, dan TOWR Semester I-2023, Emiten Menara Mana yang Paling Mengilap?

Kompas.com - 02/08/2023, 14:39 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak tiga emiten menara terbesar baru saja merilis laporan keuangan semester I-2023, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), PT Tower Bersama Tbk (TBIG), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Dari ketiga emiten menara tersebut, hanya MTEL yang membukukan pertumbuhan laba. Anak usaha Telkom itu, mencatatkan kenaikan laba bersih 14,7 persen menjadi Rp 1,02 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Pertumbuhan laba Mitratel seiring dengan pendapatan perseroan yang naik 10,8 persen menjadi Rp 4,1 triliun pada semester I-2023, dibanding Rp 3,7 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Segmen bisnis Tower memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan sebesar 93,2 persen.

Baca juga: Beban Pokok Naik, Laba Bersih Sarana Menara Nusantara Tergerus

Di sisi lain, dua emiten menara lainnya mencatatkan penurunan laba bersih pada semester I-2023. TBIG mencatatkan laba bersih Rp 688,7 miliar, turun 16,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 826,14 miliar.

Adapun TOWR membukukan laba bersih Rp 1,5 triliun, turun 7,8 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 1,7 triliun.

Pemicu kinerja

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menyebutkan, katalis positif pertumbuhan laba Mitratel lantaran keberhasilan strategi perseroan dalam melakukan ekspansi menara, penambahan tenant, serta monetisasi segmen bisnis lainnya, seperti tower fiberization.

“Kami mulai memetik hasil dari ekspansi yang tercermin pendapatan yang tumbuh secara stabil dan berkelanjutan. Ini adalah musim panen setelah kami giat menanam,” ujarnya dalam perbincangan dengan media, Selasa (1/8/2023).

Pada akhir semester I-2023, Mitratel memiliki 36.719 menara, meningkat 27,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Ada penambahan menara baru sebanyak 1.301 yang mengukuhkan posisi MTEL sebagai perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara. Sejalan dengan peningkatan jumlah menara, jumlah tenant meningkat 24,6 persen menjadi 54.718 tenant.

Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.354 di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58 persen dari total menara. Dari sisi tenancy, penambahan tenant di luar jawa sebesar 26 persen, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22 persen.

Baca juga: Pendapatan Turun, Laba Tower Bersama Menyusut

“Kami meyakini tenancy ratio di luar Jawa akan terus meningkat seiring pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang mendorong operator seluler di Indonesia untuk terus berekspansi,” ujar Teddy, sapaan akrab Theodorus.

Sementara itu, menurut Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan di 6 bulan tahun ini yakni tenant menara.

“Penambahan penyewaan bersih dari Group lebih rendah di semester ini, terutama karena beberapa penyewaan yang habis masa sewanya tidak diperpanjang oleh IOH [Indosat Ooredoo Hutchison] karena mereka mengkonfigurasi ulang jaringan mereka setelah merger antara Indosat dan Hutchison 3 Indonesia,” kata Hardi, dalam keterangan resminya.

Mengacu laporan keuangan TBIG terjadi kenaikan beban usaha menjadi Rp 343,79 miliar dari sebelumnya Rp 224,75 miliar. TBIG juga terbebani kenaikan biaya keuangan lainnya menjadi Rp 167,58 miliar dari Rp 72,99 miliar, terutama karena amortisasi biaya pinjaman.

Selain itu juga terdapat defisit revaluasi menara yang mencapai Rp 743,35 miliar, padahal di Juni 2022, perseroan masih mencatat surplus Rp 239,33 miliar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com