Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beri Contoh Demplot di Sumut, Jubir Luhut Jelaskan Perkembangan Proyek "Food Estate"

Kompas.com - 20/08/2023, 13:23 WIB
Ade Miranti Karunia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menjelaskan perkembangan proyek lumbung pangan pemerintah atau "food estate" yang belakangan jadi polemik lantaran ada tudingan sebagai bagian kejahatan lingkungan. Selain itu, terdapat sejumlah catatan atas tantangan proyek ini ke depannya. 

Untuk memberikan gambaran soal proyek "food estate", Jodi memberikan contoh pelaksanaan demonstration plot (demplot) di Sumatera Utara (Sumut).

Ia menjelaskan, pada 2020, merupakan awal budidaya percontohan "food estate" di Kabupaten Humbang Hasudutan, Sumut. Demplot percontohan ini dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dengan luas lahan 215 hektar.

Kemudian, tahap kedua dilaksanakan di lahan seluas 215 hektar, dengan target rencana pengembangan seluas 785 hektar. 

Baca juga: [POPULER MONEY] Jokowi Naikkan Gaji PNS dan Pensiunan | Kontroversi Food Estate

Dalam rencana tersebut, petani akan bermitra dengan investor secara khusus, yakni dalam hal pemodalan budidaya. Kemitraan modal ini dilakukan supaya terbentuk kemandirian petani. Oleh karena itu, pada tahun 2021 beberapa calon investor telah melaksanakan demplot di lahan food estate Sumut.

"Hasil dari demplot menunjukan bahwa lahan ekstensifikasi di food estate Sumut mampu menghasilkan produktivitas yang diharapkan dengan kondisi agroklimat yang sesuai dengan ketinggian sekitar 1.400 m diatas permukaan laut dan curah hujan yang cukup," jelas Jodi kepada Kompas.com, Minggu (20/8/2023).

Di balik kabar baik food estate Sumut, tersemat sejumlah catatan yang merupakan tantangan proyek ini ke depannya. 

Baca juga: Food Estate Disebut Kejahatan Lingkungan, Ini Kata Mentan

Modal budidaya 

Menurut Jodi, pengembangan lahan pertanian baru sangat membutuhkan perhatian khusus untuk mencapai keberhasilan, sebab butuh modal budidaya awal yang relatif besar bila dibandingkan lahan eksisting. Modal yang besar itu terutama untuk mengungkit kestabilan unsur hara dan pH tanah hingga stabil dan subur.

"Salah satu faktor keberhasilan pengembangan food estate Sumut yaitu kecukupan modal budidaya sehingga menghasilkan panen yang optimal dan petani tertarik untuk terus melanjutkan budidaya," ucap Jodi.

Untuk mengatasi tantangan itu, Jodi mengatakan perlunya percepatan penyelesaian infrastruktur jalan dan irigasi. Sebab, komoditas hortikultura sangat bergantung pada kebutuhan air setiap harinya.

Baca juga: Jokowi Siapkan Rp 108 Triliun untuk Ketahanan Pangan hingga Food Estate

Selain itu, pada setiap pengembangan lahan baru disarankan untuk memastikan ketersediaan mitra petani (investor) untuk permodalan dan pendampingan teknis budidaya.

"Seperti melakukan uji coba atau pelatihan untuk memastikan kelayakan investasi dari modal yang disediakan terhadap komoditas utama dan rotasi tanaman yang ditanam serta gambaran waktu yang dibutuhkan untuk mendukung permodalan petani selama periode tertentu hingga menjadi petani mandiri," sambung Jodi.

Baca juga: Food Estate era Soeharto, Proyek Gagal, Hutan Gambut Terlanjur Rusak

Pendampingan petani 

Menurut Jodi, perlu perhatian khusus dalam mempersiapkan keterampilan sumber daya petani "food estate" Sumut yang sebelumnya rata-rata merupakan petani hutan.

Pendampingan ke petani diperlukan, khususnya dalam hal layanan infrastruktur, memfasilitasi komunikasi dengan investor atau mitra swasta, serta pemantauan perkembangan budidaya.

Dengan demikian, dari aspek keekonomian terbukti bahwa petani mampu mengelola lahan pertanian dengan baik dan dapat dipercaya investor.

"Karena modal budidaya awal relatif lebih besar hingga kestabilan unsur hara dan pH tercapai maka biaya budidaya akan semakin turun setelah beberapa musim yang diharapkan dalam 3 tahun atau kurang lebih 6 musim dan petani menjadi mandiri untuk budidaya selanjutnya," papar Jodi.

Baca juga: Kontroversi Food Estate, Babat Hutan Kalimantan Demi Kebun Singkong

Untuk atasi krisis pangan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya memberi penjelasan panjang lebar mengenai food estate usai programnya tersebut dikritik PDI-P sebagai kejahatan lingkungan.

Jokowi mengatakan, food estate dibangun dalam rangka untuk mengantisipasi krisis pangan. Maka dari itu, Jokowi mengingatkan semua pihak untuk berhati-hati terkait krisis pangan.

"Jadi kita itu membangun food estate, lumbung pangan itu dalam rangka mengantisipasi krisis pangan. Hati-hati. Semua kawasan, semua negara sekarang ini menghadapi yang namanya krisis pangan," ujar Jokowi saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (18/8/2023).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com