Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes: Bonus Demografi Harus Dimanfaatkan, Pilih Pemimpin Tepat Tahun Depan

Kompas.com - 03/09/2023, 18:06 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan menghadapi fenomena bonus demografi. Fenomena yang ditandai dengan penduduk usia produktif lebih banyak dari penduduk tidak produktif ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian nasional.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendeskripsikan bonus demografi sebagai suatu jendela kesempatan besar bagi suatu negara untuk meningkatkan perekonomiannya. Kesempatan ini bahkan berpotensi membuat negara berpendapatan menengah naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.

"Setiap negara hanya memiliki satu kesempatan besar untuk melompat menjadi negara maju. Jendela kesempatan ini disebut bonus demografi," tutur dia dalam ASEAN Investment Forum 2023 Day 2, di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (3/9/2023).

Baca juga: Bonus Demografi, Middle Income Trap, dan Generasi Muda

Di Indonesia, puncak bonus demografi diproyeksi di Indonesia terjadi pada 2030-2035. Menurut Budi, momentum yang hanya akan terjadi sekali seumur hidup itu harus dimanfaatkan dengan baik, sehingga Indonesia bisa terhindar dari jebakan berpendapatan menengah atau middle income trap.

"Karena selama periode bonus demografi kita punya 'bensin', punya potensi untuk mendorong PDB negara dengan masyarakatnya yang masuk pada usia produktif," ujarnya.

Setelah fenomena bonus demografi berakhir, potensi pertumbuhan ekonomi akan menyusut. Hal ini seiring dengan usia masyarakat yang menua sehingga produktivitas menurun.

Baca juga: Jokowi soal Bonus Demografi: Kunci Produktivitas Nasional

"Oleh karenanya, sebagai seorang nonpolitik, pesan saya ke banyak masyarakat Indonesia, pilih pemimpin yang tepat tahun depan," kata Budi.

Mantan wakil menteri BUMN itu bilang, periode kepemimpinan presiden selanjutnya menjadi sangat krusial untuk menentukan keberhasilan pemanfaatan bonus demografi. Apakah pemerintah selanjutnya mampu mendongkrak produktivitas sumber daya manusia (SDM), yang menjadi kunci dari pemanfaatan bonus demografi atau tidak.

"Ketika kita gagal, itu adalah kesalahan terbesar bagi anak kita, dan anak-anaknya, karena selamanya mereka tinggal di negara berpendapatan menengah," tuturnya

Baca juga: Bonus Demografi, Anies Baswedan: Kualitas Manusia Indonesia Harus Ditingkatkan

Budi menilai, kunci dari peningkatan produktivitas SDM terdiri dari dua aspek. Pertama, pendidikan. Dengan tingkat pendidikan atau edukasi yang lebih rendah, maka potensi SDM untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik juga berkurang.

Kemudian aspek penting lainnya ialah kesehatan. Budi menyebutkan, jika SDM sudah memiliki edukasi yang baik, namun kesehatannya buruk, maka produktivitasnya juga akan menyusut.

"Mustahil bagi mereka untuk menjadi produktif, dan mendapatkan penghasilan 12.500 dollar AS per kapita (standar pendapatan per kapitan negara berpendapatan tinggi)," ucapnya.

Baca juga: Bonus Demografi Indonesia 2045

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com