Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Nur
PNS Kementerian Keuangan

PNS Kementerian Keuangan

Hati-hati Jebakan Pinjol yang Bisa Merenggut Nyawa

Kompas.com - 21/09/2023, 16:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PINJAMAN online atau Pinjol pada dasarnya adalah praktik rentenir. Bisa dikatakan bahwa praktik ini cenderung mencekik para peminjamnya.

Dalam bentuk dan tawaran apapun, praktik rentenir akan selalu berdampak pada kerugian bagi peminjam, baik itu kerugian materiil maupun non-materiil.

Belakangan, mulai banyak bermunculan kasus-kasus pembunuhan atau bunuh diri yang setelah disediliki oleh aparat penegak hukum atau berdasarkan informasi dari orang-orang terdekat korban atau pelaku, rupanya mereka adalah para korban “keganasan” rentenir dalam wujud pinjol.

Entah itu legal apalagi ilegal, praktik pinjol tentunya ditujukan untuk memberikan keuntungan bagi pemodalnya.

Mirisnya, ketika para korban pinjol mulai kesulitan mengembalikan pinjamannya, maka yang muncul ke permukaan adalah niat untuk bertindak kejahatan, entah itu mencuri, merampok, bahkan sampai membunuh orang lain atau juga bunuh diri karena sudah tidak kuat menahan tekanan hidup dan tanggungan utang pinjolnya.

Fenomena mengerikan. Apalagi korban pinjol kebanyakan dari kalangan generasi muda, yang selaiknya lebih waspada dan lebih melek literasi. Toh, nyatanya tidak selalu demikian.

Literasi keuangan generasi muda di negeri ini ternyata relatif rendah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa pengetahuan generasi milenial akan pengelolaan keuangan yang masih minim membuat mereka sulit untuk mengatur keuangannya (sikapiuangmu.ojk.go.id).

Di sisi lain, Nigntyas (2019) menyatakan bahwa kurangnya literasi keuangan dapat berdampak pada pembuatan keputusan yang salah dalam kehidupan sehari-hari.

Dampaknya adalah perilaku masyarakat yang rentan akan krisis keuangan dan berpotensi mengalami kerugian akibat kejahatan di sektor keuangan (Jurnal Ilmiah Bisnis dan ekonomi Asia, volume 13 no.1, hal.20-27).

Hal senada juga diungkapkan dalam riset bahwa generasi muda Indonesia memiliki literasi keuangan yang rendah (idntimes.com, 23 Agustus 2021).

Saat ini, informasi tentang apapun dapat kita peroleh dengan mudah. Internet dan media sosial menyediakan sarana tersebut.

Celakanya, gaya hidup hedonism generasi muda yang terpengaruh oleh FOMO (fears of missing out) atau takut ketinggalan tren terkini, dapat menjadi jalan yang sangat mudah bagi masuknya pengaruh negatif internet dan media sosial, dalam konteks ini adalah tawaran pinjol yang menggiurkan.

Sebagai ilustrasi ketika penulis membuka web browser lalu muncul iklan aplikasi pinjol (ada beberapa aplikasi tanpa menyebut nama), di mana tawarannya memang seolah-olah sangat menggiurkan.

Tawaran bunga yang sangat rendah kurang dari 1 persen per bulan (padahal jika dihitung per tahun juga relatif tinggi), atau angsuran harian yang sekian puluh ribu rupiah (padahal jika dihitung/diakumulasi menjadi bulanan juga menjadi ratusan ribu rupiah).

Atau masa cicilan yang panjang dan promosi lain seolah memberikan gambaran mudahnya kita memperoleh uang segar (fresh and easy money).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com