KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Kemampuan Memimpin adalah Keterampilan Nonteknis

Kompas.com - 30/09/2023, 10:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

UNTUK menjawab tuntutan teknologi yang semakin canggih, seorang pimpinan perusahaan menuntut tim divisi teknologi informasinya agar meningkatkan kemampuan terkait dengan teknologi terbaru, seperti kecerdasan buatan dan coding.

Dalam dunia yang sudah terobsesi dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi ini, semua pihak merasa kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan teknis (hard skills) semakin mendesak. Semua orang berlomba menyiapkan keterampilan untuk menyambut kemajuan teknologi yang demikian pesat. Hal ini tidak hanya terlihat dalam dunia teknologi, tetapi juga berlaku di semua bidang.

Hampir semua pimpinan organisasi menuntut anak buahnya meningkatkan keterampilan mereka dengan berbagai pelatihan dan sertifikasi guna menghadapi kecanggihan dunia masa depan.

Di sisi lain, perusahaan konsultan McKinsey justru memprediksi bahwa 8 dari 10 keterampilan yang akan dibutuhkan oleh pekerja masa depan adalah keterampilan nonteknis (soft skills), seperti berpikir kreatif, kemampuan adaptasi, dan menginterpretasi informasi yang kompleks.

Menghadapi masa depan yang belum pernah dijalani oleh siapa pun, keterampilan untuk belajar, segera bangkit setiap kali menghadapi kegagalan, berkolaborasi, serta jeli melihat kesempatan akan lebih dibutuhkan daripada ilmu-ilmu pasti yang disusun dalam kerangka masa ini.

Baca juga: Fakta-fakta Keburukan

Dengan kata lain, keterampilan teknis seperti keahlian ilmiah dan teknis dapat menjadi usang. Sementara itu, jika keterampilan nonteknis semakin dikuasai akan menjadi kian efektif untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan ataupun pekerjaan.

Penguasaan keterampilan teknis pun membutuhkan keterampilan nonteknis yang memadai. Belajar juga membutuhkan kreativitas, refleksi, dan kemauan untuk mempertanyakan asumsi-asumsi kita, juga mengakui bila kita salah tanpa bersikap defensif.

Meski demikian, keterampilan nonteknis sering kali menjadi warga kelas dua. Bahkan, di universitas pun, kita tidak pernah mendapatkan mata kuliah pengembangan keterampilan nonteknis tersebut secara khusus. Mahasiswa psikologi memang belajar mengenai inteligensi emosi, empati, dan dinamika kepribadian dari sisi sains.

Namun, keterampilan untuk mendengar, memahami sudut pandang pihak lain, menangani konflik dengan kepala dingin, serta mengembangkan orang lain rasanya tidak sempat dilatihkan secara serius dan terstruktur.

Terlebih, mereka yang berasal dari bidang ilmu pasti tentu sibuk mempelajari beragam teori dan analisis. Sementara, ketika memasuki dunia kerja, mereka harus berurusan dengan beragam jenis manusia dengan segala tuntutannya.

Mungkinkah karena istilah soft terkesan lebih lemah daripada keterampilan teknis yang hard sehingga dinomorduakan?

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Ribuan dollar biasa digelontorkan organisasi untuk pelatihan-pelatihan teknis bersertifikasi. Sementara itu, pelatihan keterampilan nonteknis sering kali diisi oleh pembicara yang diharapkan dapat berbicara 2–3 jam dan bisa memotivasi individu untuk berubah 180 derajat.

Tom Peters berkata, “Hard is soft and soft is hard.” Bila garisan dalam keterampilan teknis sangat jelas antara apa yang sudah benar dan apa yang salah, belajar mengenai keterampilan nonteknis membutuhkan keterampilan memainkan rasa dan mengukur beragam respons dari lingkungan.

Bagaimana kita bisa mengatakan kepemimpinannya sudah kuat tanpa anak buah yang memang bersedia untuk berkontribusi extra miles dengan gembira?

Mengembangkan keterampilan nonteknis ibarat olahraga tim. Tanpa orang lain, kita sulit memantau kemajuan. Orang lain merupakan cermin refleksi kita untuk melakukan evaluasi.

Baca juga: Cerita Membangun Budaya

Belajar mengembangkan keterampilan nonteknis

Kita bisa mendefinisikan keterampilan nonteknis sebagai keterampilan yang berkaitan dengan kepribadian, karakter, dan kebiasaan yang memudahkan seorang individu beradaptasi dengan baik dalam kehidupan ataupun dengan tempat kerjanya. Keterampilan ini oleh sebagian pendidik dianggap akan dikuasai seiring dengan waktu berjalan. Benarkah itu?

Kita tahu, salah satu metode belajar dari pengalaman adalah melalui trial and error. Namun, manusia bukanlah benda mati yang konstan dan dapat di-reset kondisinya dari nol kembali. Kita memang bisa belajar dari kesalahan.

Akan tetapi, dengan emosi dan persepsi yang dimiliki oleh manusia, kesalahan fatal dalam interaksi dapat memberikan efek jangka panjang yang sulit untuk dibenahi kembali. Apa yang berhasil kita lakukan dengan manusia yang satu belum tentu berhasil pada manusia yang lain.

Salah satu komponen penting dari belajar mengembangkan keterampilan nonteknis adalah kemampuan mendengar. Manusia mempunyai ego yang mengatur keseimbangan antara keinginan menuruti nafsu dan tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Bila nafsu untuk menguasai lingkungan dan mendominasi lebih besar sehingga ego kesulitan mengontrolnya, kita cenderung memilih untuk berbicara terus dan merasionalisasi apa yang kita katakan ini sungguh penting bagi yang lain.

Padahal, sudah jelas, bila terus yang menguasai pembicaraan, kita kehilangan kesempatan menyerap dan memahami apa yang diungkapkan oleh orang lain. Akibatnya, kita pun kehilangan kesempatan untuk belajar dari orang lain.

Demikian halnya dengan observasi. Bila fokus kita lebih banyak diarahkan pada diri sendiri serta menganggap diri yang paling benar, kita pun akan kesulitan memperhatikan aksi dan reaksi orang lain dalam interaksi sehari-hari dengan mereka.

Baca juga: IQ versus Sikap Kerja

Kemampuan melakukan observasi dan mendengar dapat membuat kita lebih adaptif dengan mengatur reaksi kita agar lebih sesuai serta dapat membangun hubungan yang harmonis untuk dapat bekerja sama dengan orang lain. Kita ingat dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah dan semakin kompleks ini, kolaboratif menjadi salah satu kunci keberhasilan.

Disadari atau tidak, manusia memang lebih nyaman dengan status quo yang sudah dikenalnya dengan baik. Namun, mengingat tidak ada yang pasti dalam hidup ini kecuali perubahan, mereka yang dapat beradaptasi akan bertahan menghadapi beragam tantangan. Seperti yang diungkapkan Darwin, “It is not the strongest or most intelligent who will survive but those who can best manage change.”

Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Yale menemukan bahwa karyawan yang memiliki atasan dengan inteligensi emosi tinggi ternyata lebih kreatif, inovatif, dan bahagia dalam bekerja. Sementara itu, 70 persen dari karyawan yang memiliki atasan dengan tingkat inteligensi emosi rendah memiliki perasaan yang negatif terhadap pekerjaannya.

 


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com