BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan AWS

Studi AWS: Manfaatkan Teknologi Cloud, UMKM Indonesia Bisa Hasilkan Rp 79,6 Triliun pada 2030

Kompas.com - 04/10/2023, 11:43 WIB
Aningtias Jatmika,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Selama dua dekade terakhir, nilai ekonomi digital Indonesia tumbuh pesat hingga dua kali lipat. Pertumbuhan ini menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Dengan pertumbuhan itu, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan meningkat hingga 133 miliar dollar AS pada 2025.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri gelaran Cloud Day Indonesia 2023 yang diinisiasi oleh Amazon Web Services (AWS) di Jakarta, Selasa (26/9/2023).

Airlangga mengatakan bahwa pengembangan infrastruktur digital, khususnya teknologi komputasi awan (cloud computing), menjadi salah satu pendorong akselerasi kemajuan ekonomi digital.

Cloud computing dapat mendorong pembukaan usaha baru, mendorong inovasi dan pengembangan teknologi, serta menarik pendanaan ke perusahaan-perusahaan rintisan, termasuk sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),” jelas Airlangga.

Pernyataan Airlangga sejalan dengan laporan AWS yang bertajuk “Realizing a Cloud-enabled Economy: How Cloud Drives Economic and Societal Impact Through Micro, Small, And Medium-Sized Businesses”.

Sebagai informasi, laporan tersebut dibuat berdasarkan studi terhadap UMKM di 12 negara, termasuk Indonesia. Adapun UMKM didefinisikan sebagai bisnis yang memiliki karyawan kurang dari 250 orang.

Baca juga: Aplikasi Telkomsel Pakai AWS untuk Tingkatkan Pengalaman Pengguna

Menurut laporan yang dirilis bertepatan pada gelaran Cloud Day Indonesia 2023 itu, teknologi cloud dapat meningkatkan produktivitas UMKM sehingga diproyeksikan dapat menghasilkan hingga Rp 79,6 triliun pada 2030.

Teknologi cloud juga membuka 17,6 juta lapangan pekerjaan di bidang pelayanan kesehatan, pendidikan, dan agrikultur. Angka ini setara dengan 12 persen dari total lapangan pekerjaan di Indonesia.

“Perekonomian yang diberdayakan cloud dapat tercipta ketika 90 persen dari total pelaku usaha UMKM memanfaatkan cloud setidaknya dalam bentuk yang paling sederhana,” tulis laporan itu.

Logo AWS dalam AWS Cloud Day 2023 di Jakarta, Selasa (26/9/2023). KOMPAS.com/ OIK YUSUF Logo AWS dalam AWS Cloud Day 2023 di Jakarta, Selasa (26/9/2023).

Salah satu adopsi cloud sederhana yang dilakukan oleh pelaku usaha Indonesia adalah layanan email berbasis web atau penyimpanan berbasis cloud.

Sayangnya, pengadopsian tersebut baru dilakukan oleh sekitar 29 persen pelaku usaha Indonesia.

Data itu mengindikasikan bahwa pengadopsian cloud pada layanan menengah, seperti tools untuk customer relationship management (CRM) dan enterprise resource planning (ERP), serta layanan cloud tingkat lanjut, seperti pemanfaatan artificial intelligence (AI) dan machine learning, juga masih rendah.

Tantangan adopsi cloud UMKM Indonesia

Pada sesi wawancara eksklusif bersama Kompas.com di tengah-tengah gelaran Cloud Day Indonesia 2023, Managing Director AWS ASEAN Conor McNamara menjabarkan sejumlah tantangan yang dihadapi UMKM dalam pengadopsian teknologi cloud.

Tantangan tersebut mencakup keamanan siber, budaya organisasi, keterbatasan akses terhadap teknologi informasi (TI), infrastruktur, baik software maupun hardware, serta keterbatasan kecakapan digital.

“Untuk menghadapi tantangan tersebut, seluruh pihak harus bekerja sama mengupayakan sejumlah hal, seperti mengidentifikasi manfaat teknologi cloud dalam menyederhanakan tujuan-tujuan strategis, mengevaluasi dukungan industri dan pemerintah, memberikan edukasi serta program peningkatan kecakapan cloud, mengkaji kebijakan data dan keamanan, serta menciptakan strategi migrasi cloud secara menyeluruh,” jelas Conor.

Di Indonesia sendiri, lanjut dia, tantangan terbesar pengadopsian cloud adalah keterbatasan kecakapan digital. Oleh sebab itu, pelaku UMKM umumnya tidak mampu membangun infrastruktur digital mereka sendiri.

Conor menuturkan, pelaku UMKM Indonesia cenderung membutuhkan dukungan teknologi dari pihak lain untuk menjalankan bisnis mereka. Dengan dukungan ini, pelaku UMKM bahkan masih membutuhkan peningkatan kemampuan digital.

Baca juga: Program AWS re/Start Beri Pelatihan Kerja Cloud Computing, Gratis bagi Pengangguran dan Freelancer

Sebagai perusahaan penyedia layanan cloud global, AWS berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh terhadap akselerasi layanan cloud bagi pelaku UMKM Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk membantu UMKM Indonesia guna menangkap peluang ekonomi digital dan mentransformasikan model bisnisnya menggunakan teknologi berbasis cloud,” tegas Conor.

AWS, lanjut dia, memiliki sejumlah program yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, termasuk bagi UMKM yang baru memulai usahanya.

Bagi UMKM yang baru akan mengawali perjalanan cloud mereka, AWS menyediakan program AWS Lift. Lewat program ini, AWS memberikan cloud credits senilai hingga 83.500 dollar AS selama 12 bulan.

“Pelaku UMKM juga akan didampingi mitra AWS untuk memulai perjalanan digitalisasi tersebut,” kata Conor.

Managing Director ASEAN AWS Conor McNamara pada gelaran Cloud Day Indonesia 2023 di Jakarta, Selasa (26/9/2023)AWS Managing Director ASEAN AWS Conor McNamara pada gelaran Cloud Day Indonesia 2023 di Jakarta, Selasa (26/9/2023)

Sementara itu, pelaku usaha rintisan (start up) pemula bisa memanfaatkan AWS Activate untuk meningkatkan skala bisnis mereka.

Sejak 2019, program tersebut telah menyediakan lebih dari dua miliar dollar AS cloud credit untuk membantu start up mengelola efisiensi biaya, mendapatkan keahlian teknis, serta mengakses berbagai modul pelatihan ataupun kegiatan mentor bisnis.

“Kami memiliki lebih dari 600 kursus pelatihan berbahasa Indonesia guna memfasilitasi peningkatan kemampuan digital pelaku UMKM Indonesia,” kata Conor.

Implementasi teknologi cloud AWS

Salah satu UMKM yang telah memanfaatkan layanan dan program cloud computing AWS adalah eFishery. Untuk diketahui, eFishery merupakan perusahaan teknologi agrikultur (agritech) asal Bandung yang menawarkan solusi pemberian pakan terintegrasi untuk peternakan ikan dan udang.

Adapun eFishery memanfaatkan solusi internet of things (IoT) dari AWS untuk penggunaan produk eFishery Feeder. Produk ini telah dikembangkan di 280 kota di seluruh Indonesia, bahkan di Thailand dan India.

Co-Founder eFishery Chrisna Aditya mengatakan bahwa budi daya perairan atau akuakultur merupakan segmen yang penting bagi penduduk pedesaan berpenghasilan rendah.

Indonesia sendiri menghasilkan sekitar 6,2 miliar dollar AS dari ekspor produk perikanan dan kelautan pada 2022. Angka ini ditargetkan meningkat hingga 7,6 miliar dollar AS pada 2023.

Sayangnya, 1 dari 5 hasil panen ikan dan udang ditemukan tidak laku di pasaran. Bahkan, hal ini lebih jamak terjadi pada peternakan yang lebih tradisional. Salah satu penyebabnya adalah ukuran hasil ternak yang terlalu bervariasi.

“Dengan eFishery Feeder yang memanfaatkan teknologi IoT dari AWS, kami membantu peternak untuk memberikan pakan secara tepat. Hal ini dapat memperkecil variasi (ukuran hasil ternak) akibat kelebihan atau kekurangan nutrisi,” jelas Chrisna.

Perangkat tersebut, lanjut Chrisna, dapat membantu peternak menghemat 20 persen biaya pakan dan meningkatkan 50 persen hasil panen.

Baca juga: Program Desa Digital dan Startup eFishery Ubah Cara Pandang Masyarakat tentang Teknologi Digital

Tak hanya itu, perangkat berbasis cloud itu juga mampu mengirimkan data dan notifikasi lain kepada peternak melalui aplikasi smartphone.

Lewat aplikasi itu pula, peternak bisa melakukan kontak langsung dengan pembeli sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pihak ketiga. Pada akhirnya, peternak pun mendapatkan keuntungan lebih besar.

CEO vMedis Ahmad Siddiq (kiri), Managing Director Mid-Market Enterprise and SMB ASEAN AWS Gunish Chawla (tengah), dan Co-Founder eFishery Chrisna Aditya (kanan) saat berbincang dengan media pada gelaran Cloud Day Indonesia 2023 yang diinisiasi oleh AWS di Jakarta, Selasa (26/9/2023).KOMPAS.com/Aningtias Jatmika CEO vMedis Ahmad Siddiq (kiri), Managing Director Mid-Market Enterprise and SMB ASEAN AWS Gunish Chawla (tengah), dan Co-Founder eFishery Chrisna Aditya (kanan) saat berbincang dengan media pada gelaran Cloud Day Indonesia 2023 yang diinisiasi oleh AWS di Jakarta, Selasa (26/9/2023).

Pemanfaatan teknologi cloud juga dirasakan start up di bidang kesehatan asal Surabaya, yakni vMedis. Penyedia software pelayanan kesehatan ini menawarkan sistem manajemen bagi apotek dan klinik.

Chief Executive Officer (CEO) vMedis Ahmad Siddiq menuturkan, sektor pelayanan kesehatan Indonesia menghadapi beberapa tantangan, termasuk kekurangan tenaga medis dan kegiatan operasional yang tidak efisien. Hal ini pun berdampak terhadap pembengkakan biaya pelayanan kesehatan.

“Kami memanfaatkan solusi data serta teknologi analitik dari AWS untuk menghadirkan sistem manajemen yang cepat, efisien, dan aman bagi pelanggan. Sistem ini juga dapat menyajikan laporan penting secara otomatis,” ucap Siddiq.

Berkat automasi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat administratif, setiap klinik ataupun apotek dapat memangkas jam kerja hingga tiga jam. Dengan demikian, para apoteker, perawat, dokter, dan tenaga administrasi dapat lebih berfokus kepada perawaan pasien.

Platform vMedis, lanjut Siddiq, juga memiliki fitur prediksi cerdas untuk meningkatkan perputaran inventaris obat-obatan hingga lebih dari 30 persen. Dengan demikian, kelebihan stok obat yang berpotensi menjadi sampah ketika kedaluwarsa dapat dicegah.

“Dengan demikian, biaya operasional pun dapat ditekan. Pada akhirnya, pasien bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih terjangkau,” ujar Siddiq.

Menggunakan database serta teknologi cloud AWS, platform vMedis saat ini telah diadopsi oleh lebih dari 2.600 apotek, klinik, dan toko grosir obat-obatan di Indonesia.

Bangun data center di Indonesia

Demi mendukung implementasi teknologi cloud di Tanah Air, AWS membangun data center dengan membuka region baru di Jakarta pada Desember 2021.

Dengan peresmian itu, Indonesia menjadi region kesepuluh AWS di kawasan Asia Pasifik sekaligus menjadi region kedua di Asia Tenggara setelah Singapura.

Conor menjelaskan, AWS berkomitmen untuk berinvestasi senilai 5 miliar dollar AS di Indonesia selama 15 tahun ke depan.

“Investasi itu tak hanya mencakup belanja modal untuk pembangunan data center, tetapi juga biaya operasional terkait dengan utilitas yang sedang berjalan, biaya fasilitas, serta pembelian barang dan jasa dari pelaku bisnis regional,” jelas Conor.

Untuk region Jakarta sendiri, AWS menghadirkan tiga Zona Ketersediaan atau Availability Zones, yakni lokasi tempat satu atau lebih data center AWS berada.

Baca juga: AWS Resmikan Data Center di Indonesia, Investasi hingga Rp 71 Triliun

Sesuai kebijakan AWS, tiga Availability Zones di region Jakarta dibangun secara terpisah dengan jarak sekitar 100 km.

Adapun ketiga Zona Ketersediaan tersebut dapat membantu pelanggan AWS Tanah Air, khususnya pelaku UMKM, untuk menjalankan beban kerja secara lebih ringan, menyimpan data dengan aman, serta berinovasi lebih cepat dengan latensi lebih rendah.

Pelaku UMKM pada sektor layanan kesehatan, misalnya, dapat meningkatkan produktivitas dengan pemanfaatan cloud. Dengan demikian, pelanggan dapat menghasilkan hingga Rp 6 triliun setiap tahun.

“Layanan cloud juga dapat menciptakan lebih dari 7 juta konsultasi kesehatan jarak jauh (telehealth) di Indonesia pada 2030. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk menghadapi akses pelayanan kesehatan yang terbatas di komunitas-komunitas tertinggal,” jelas Conor.

Sementara itu, layanan cloud diperkirakan dapat mendorong pelaku UMKM di sektor pendidikan untuk menghasilkan Rp 15 triliun setiap tahun.

Adapun layanan cloud dapat dimanfaatkan untuk menghadirkan solusi e-learning bagi 21 juta pelajar di Indonesia pada 2030.

“Kehadiran e-learning dapat menjawab tantangan aksesibilitas dan inklusivitas pendidikan melalui penggunaan platform digital,” tambah Conor.

Dia melanjutkan, secara umum, investasi data center region Jakarta diperkirakan dapat menciptakan sekitar 24.700 lapangan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, setiap tahunnya selama 15 tahun mendatang.

“Dalam periode waktu yang sama, AWS Jakarta Region juga diestimasikan dapat berkontribusi hingga 10,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 155 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB),” imbuh Conor.

 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com