Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intip Dua Sektor "Jagoan" Lo Kheng Hong untuk Berinvestasi Saham

Kompas.com - 06/10/2023, 07:50 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Investor kawakan Lo Kheng Hong mengatakan ada dua sektor yang ia andalkan sebagai pilihan investasinya. 'Warren Buffet'-nya Indonesia itu mengatakan, kedua sektor tersebut adalah perbankan dan batu bara.

“Sektor yang saya suka itu adalah perusahaan yang sudah besar, dan tiap tahun terus bertumbuh seperti perbankan. Bank itu labanya besar, dan tidap tahun dia growth,” kata Lo Kheng Hong di Jakarta, Selasa (3/10/2023).

“Yang kedua, sektor yang saya suka adalah tambang batu bara,” tambahnya.

Baca juga: Mau Jadi Full Time Trader? Simak Saran Lo Kheng Hong

Lo Kheng Hong mengungkapkan, untuk melakukan investasi di pasar modal, tentunya investor harus memilih perusahaan yang terus bertumbuh. Perbankan, merupakan salah satunya.

“Saya suka terus, dan saham bank itu boleh kita pegang terus, selamanya,” kata dia.

Sementara itu, untuk saham-saham perusahaan tambang batu bara, Lo Kheng Hong menilai dengan valuasi yang murah, investor bisa masuk ke saham-saham tersebut.

“Kedua sektor ini saya sangat suka. Selain labanya besar, valuasinya murah sekali,” lanjut dia.

Baca juga: Simak Tips Cuan Beli Saham ala Lo Kheng Hong

Dia menjelaskan, untuk masuk ke sektor-sektor tersebut tidak perlu mencari perusahaan yang populer. Menurut dia, yang harus dipegang teguh oleh investor adalah bagaimana kinerja fundamental perusahaan.

“Perusahaan yang tidak populer, ada, dan saya masuk sebagai pemegang saham nomor dua disitu, labanya kira-kira Rp 5 triliun, tapi laba tersebut lebih besar dari perusahaan yang populer seperti PT Vale Indonesia (INCO) misalnya, atau Unilever (UNVR),” jelas dia.

Baca juga: Buka-bukaan Lo Kheng Hong, Jual Semua Saham MBSS demi Cicipi PGAS

 


Sebagai investor ulung, Lo Kheng Hong mengalami banyak periode kondisi keuangan di RI, temasuk krisis 1998 dan 2008 di AS. Menurut dia, ketika terjadi krisis, ada banyak saham-saham bagus mengalami penurunan harga.

Dia bercerita, ketika masa krisis 1998 mencakup krisis ekonomi dan politik, suku bunga mengalami kenaikan.

Di tahun 2008, terjadi krisis di AS, namun Indonesia tetap kuat berbekal krisis yang dialami sebelumnya. Namun demikian, memasuki 2020 terjadi krisis global yang disebabkan pandemi Covid-19.

Baca juga: Cuan Lebih dari 100 Persen, Lo Kheng Hong Jual Saham GJTL Senilai Rp 14,8 Miliar

“Ketika krisis saham-saham murah itu banyak.Sekarang ekonomi pulih sudah tidak banyak lagi yang murah-murah. Tapi masih ada, dan belum terlambat untuk masuk,” jelasnya.

“Krisis melanda di seluruh dunia, tapi kita survive. Tahun 2008 saya ada cash banyak di Indika Energy (INDY), dan Indah Kiat Pulp & Paper (INKP), dan saat krisis saya belanja saham. Tahun 2020, saya beli Gajah Tunggal (GJTL), karena ketika pandemi Covid-19 itu murah, saya beli di situ,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com