Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Suku Bunga BI Dinilai Bisa Tahan Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 20/10/2023, 10:12 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga menjadi 6 persen dinilai merupakan strategi untuk menahan pelemahan rupiah.

 

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, langkah kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen dilakukan agar nilai tukar rupiah tidak mengalami pelemahan lebih dalam.

“Saya pikir kenaikan suku bunga 0,25 persen yang dinaikkan BI untuk mencoba mempertahankan agar kurs rupiah kita jangan tergerus terus,” kata Jahja dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Suku Bunga BI Jadi 6 Persen, Ekonom: Harapannya Modal Asing Masuk, Rupiah Kuat

Dia mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed sebelumnya diikuti oleh Singapura, yang membuat selisih kurs menjadi tidak terlalu jauh. Namun berbeda dengan Yen Jepang yang tetap menjaga suku bunga rendah.

Hal ini berdampak pada penurunan nilai mata uang Yen terhadap dollar AS, pun demikian dengan Euro yang ikut melemah.

“Dollar Singapura mengikuti apa yang terjadi di AS. Setiap kali AS menaikkan suku bunga, selalu diikuti dengan jumlah yang sama oleh Singapura, sehingga mata uangnya mengimbangi dollar AS. Tapi kalau Jepang (Yen) mereka tidak pernah menaikkan suku bunga, mereka tetap dengan bunga rendah, dampaknya mata uang negara tersebut terdepresiasi,” lanjut Jahja.

Jahja mengatakan, hingga saat ini suku bunga The Fed sudah sangat tinggi, namun tingginya suku bunga ini diperkirakan akan bertahan lama, karena memang hingga saat ini target inflasi 2 persen belum dicapai.

Baca juga: Kejutan dari Bank indonesia untuk Selamatkan Rupiah

“Meskipun bulan lalu The Fed tidak menaikkan suku bunga, diperkirakan bulan november ini mereka mungkin akan menaikkan suku bunga, karena memang target inflasi 2 persen di sana belum tercapai,” lanjut dia.

Di sisi lain, pengamat ekonomi moneter di AS juga menilai bahwa tahun depan AS akan mencapai puncak kenaikan suku bunga, dilanjutkan suku bunga yang flat dalam beberapa bulan, dan kemudian menurun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com