Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengukur Dampak Pemilu terhadap Pasar Modal Indonesia

Kompas.com - 27/10/2023, 07:10 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - UBS Investment memperkirakan bahwa prospek pasar modal Indonesia secara makro cukup baik menjelang pemilu. Meskipun pertumbuhan ekonomi 5 persen tergolong biasa, hal ini tetap dianggap positif di tengah penurunan pertumbuhan global.

UBS Investment Reaserch Joshua Tanja mengatakan, beberapa tema yang tengah berjalan di pasar modal Indonesia adalah hilirisasi industri atau upaya mengembangkan industri turunan komoditas.

Hilirisasi ini menjadi tema besar yang diminati oleh investor. Tema lainnya adalah capex atau investasi dari perusahaan. Setelah 10 tahun, siklus capex kembali bergulir, yang akan mendukung beberapa sektor di pasar modal.

Baca juga: Strategi Investasi Kripto Jelang Tahun Politik

Selain itu, pola konsumsi pun menjadi salah satu perhatian. Pola konsumsi kalangan menengah ke atas sudah pulih, namun masih ada kekhawatiran terhadap kalangan menengah ke bawah yang belum mengalami pemulihan yang sama.

“Tentu saja, situasi politik saat ini, terkait pemilu, masih menjadi salah satu faktor sentimen yang memengaruhi pasar modal. Tapi, dengan valuasi PE (Price Earning) sebesar 13,6 kali, tentu valuasi saham di Indoneisa tergolong murah untuk standar lima tahun terakhir,” kata dia di Main Hall BEI, Kamis (26/10/2023).

“Investor asing kembali masuk ke saham-saham besar (big cap), karena faktor likuiditas. Sementara itu, banyak investor asing yang keluar dari China dan masuk ke pasar ASEAN, khususnya Indonesia, karena valuasi saham Indonesia dianggap masih murah, sementara valuasi saham di India tergolong mahal,” tambahnya.

Baca juga: Simak Strategi Investasi Jelang Tahun Politik

Namun di sisi lain, masih terdapat faktor risiko seperti potensi penurunan ekonomi di China dan AS. Kebijakan hawkish dari bank sentral juga menjadi tantangan yang harus diwaspadai, yang dapat menyebabkan penurunan indeks.

Sementara itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) baru-baru ini menaikkan suku bunga sebesar 2,5 basis poin (bps), diperkirakan masih akan melakukan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi di masa depan.

BI juga telah mengubah outlook suku bunga, dari penurunan menjadi kemungkinan kenaikan di tahun depan.

“Hal ini juga perlu diperhatikan karena berdampak pada investor,” tambahnya.

Baca juga: Presdir BCA Sebut Tahun Politik jadi Peluang Investasi

 


Dia mengatakan, pengaruh Pemilu terhadap ekonomi juga turut menarik perhatian. Diperkirakan ada sekitar 250.000 kandidat yang berpartisipasi dalam pemilu di Indonesia. Budget logistik pemilu diperkirakan mencapai Rp 170 triliun atau sekitar 0,8 persen dari PDB.

Dalam dua kuartal sebelum Pemilu, ekonomi diperkirakan akan mendapatkan dorongan dari peningkatan konsumsi pribadi sebesar 0,5 persen. Namun, pasca pemilu, konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami penurunan dan berdampak negatif.

Dalam kondisi seperti ini, terdapat peluang dan risiko bagi sektor-sektor yang terkena dampak. Di sisi lain, perlu diingat bahwa pemilu di tahun 2009 memiliki dampak negatif pada keuangan dan ekonomi.

“Namun, saat ini, dengan stabilitas makroekonomi yang relatif stabil, kemungkinan dampak negatif seperti itu kecil terjadi,” tegasnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com