Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi dan Tantangan Keuangan Syariah di Indonesia

Kompas.com - 28/10/2023, 12:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


BOGOR, KOMPAS.com - Kepala Grup Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mohammad Ismail Riyad menilai, keuangan syariah memiliki potensi untuk berkembang lebih besar lagi di Indonesia.

Ismail mengatakan, jumlah aset keuangan syariah global terus meningkat dan diperkirakan mencapai 5,9 triliun dolar AS pada tahun 2026, setelah mencapai 3,9 triliun dolar AS pada tahun 2021. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-7 di dunia dalam hal total aset keuangan syariah.

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk keuangan syariah.

Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Center (RISSC), jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam mencapai 237,56 juta jiwa atau 86,7 persen dari total penduduk Indonesia.

Baca juga: Wapres Minta Literasi Keuangan Syariah Ditingkatkan

Produk keuangan syariah tidak hanya berfokus pada aspek komersial, tetapi juga bertujuan untuk kebaikan, manfaat, dan kesejahteraan masyarakat.

"Selama 5 tahun terakhir (2018-2023), pertumbuhan total aset keuangan syariah di Indonesia, termasuk perbankan syariah, pasar modal syariah, dan Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB) syariah, mencapai 13,7 persen, dan mencapai Rp 2.450,55 triliun per Juni 2023," kata Ismail di Bogor, Jumat (27/10/2023).

Meskipun Indonesia menempati peringkat terbesar ketiga dalam beberapa penelitian indeks global, masih ada tantangan yang perlu dihadapi oleh keuangan syariah.

Indeks literasi dan inklusi keuangan syariah masih rendah, yaitu sebesar 9,14 persen dan 12,12 persen pada tahun 2022. Meskipun terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya, namun peningkatan tersebut tidak signifikan.

Baca juga: Bank DKI Dukung Upaya OJK Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah

 


Selain itu, terdapat kesenjangan yang tinggi antara indeks literasi dan inklusi keuangan syariah dengan indeks nasional, dan kesenjangan ini terus meningkat setiap tahunnya.

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan literasi dan inklusi keuangan syariah masih belum terlaksana dengan baik dan belum memperhatikan aspek syariah.

Ismail menyebut beberapa faktor penyebab rendahnya indeks literasi dan inklusi keuangan syariah, antara lain rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keuangan syariah, dan kurangnya diferensiasi produk keuangan syariah dengan produk konvensional.

Faktor lainnya, kurangnya kompetensi, terbatasnya pengembangan produk dan layanan, pemanfaatan teknologi yang belum optimal, dan aspek regulasi dan permodalan yang belum mendukung.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya yang lebih intensif dalam meningkatkan literasi keuangan syariah dan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga keuangan, masyarakat, dan akademisi.

Dengan demikian, potensi keuangan syariah di Indonesia dapat diperluas secara signifikan dan dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.

Baca juga: Pertumbuhan Pengusaha Bakal Dorong Pangsa Pasar Keuangan Syariah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com