Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3.500 Ton Beras Impor Kamboja Masuk ke Indonesia

Kompas.com - 03/11/2023, 07:10 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog menerima masuknya 3.500 ton beras impor asal Kamboja yang didatangkan untuk penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

Targetnya ada sebanyak total 10.000 ton beras Kamboja yang akan masuk secara bertahap.

Masuknya impor ini merupakan salah satu hasil pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet pada 4 September lalu yang saling bersepaham tentang ketahanan pangan.

“Hari ini merupakan pertama kalinya Kamboja mengirimkan berasnya setelah adanya MoU sejak 11 tahun yang lalu. 11 tahun tidak ada yang bisa mengeksekusi Mou itu dan tidak satu butir pun beras masuk. Nyatanya ini bisa kita kerjakan dan akhirnya terjadi hari ini. Sekarang beras dari Kamboja ini bisa masuk dan berasnya sangat baik,” ujar Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi ketika meninjau Gudang Bulog Randu Garut di Semarang Jawa Tengah, yang dikutip Kompas.com lewat siaran persnya, Jumat (3/11/2023).

Baca juga: Buwas Bilang, Beras Impor dari China demi Berikan Rasa Aman Rakyat

Arief menegaskan, stok beras ini hanya untuk CPP yang harus dimiliki oleh Perum Bulog. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta bantuan pangan beras untuk masyarakat terus dilanjutkan dan stok beras di Bulog akhir tahun nanti minimal aman 1 juta ton.

“Tentunya nomor satu ketersediaan pangan Indonesia harus mengutamakan produksi dalam negeri. Namun, saat Badan Pangan Nasional melihat dan mengkalkulasi neraca pangan tahun ini, memang kita memerlukan pengadaan dari luar negeri, itu harus kita lakukan,” beber Arief.

Terdapat total 140 kontainer yang muatannya berisikan beras 25 ton per kontainernya masuk. Jumlah keseluruhannya mencapai 3.500 ton dan telah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia guna memastikan aspek keamanan dan mutu pangannya.

Baca juga: Bos Bulog: Sulsel Jadi Lumbung Padi tapi Kemasukan Beras Impor

Arief mengatakan, kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan langkah pemerintah yang telah dipertimbangkan secara saksama dan komprehensif.

Ia memastikan penggunaannya hanya diperuntukkan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat.

Imbal balik dari masuknya beras impor ini ke Tanah Air, pemerintah melalui BUMN Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) juga akan mengekspor pupuk sebanyak 490.000 ton ke Kamboja.

"Ada sebanyak 490.000 ton untuk ekspor ke Kamboja yang saat ini bisa disiapkan. Angka ini tentunya setelah mengamankan kebutuhan pupuk nasional termasuk buffer-nya. Jadi kita beli beras, pada saat yang sama kita jual pupuk untuk membantu produksi pangan dunia," ungkap Kepala Bapanas itu.

Baca juga: Bapanas Salurkan Bantuan Pangan bagi Daerah Rentan Rawan Pangan


Mengutip data dari General Department of Customs and Excise (GDCE) Kamboja, pada periode Januari sampai September 2023, tercatat nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Kamboja mencapai 808 juta dollar AS. Ini meningkat 18,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang tercatat sebesar 681 juta dollar AS.

Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia berkisar 95 persen dari total perdagangan.

“Apabila Indonesia mengirimkan pupuknya ke Kamboja, itu artinya Indonesia berkontribusi terhadap kemajuan pangan dunia. Ini menjadi kebahagiaan kita karena ini yang namanya kerja sama bilateral, take and give3nya ada di sini, saling membantunya ada di sini, untuk kemajuan pangan dunia. Terlebih Indonesia merupakan salah satu negara di dunia penghasil pupuk yang baik, kita punya 5 pabrik mulai dari Aceh sampai Kalimantan Timur,” pungkas Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com