Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
MG Westri Kekalih Susilowati
Dosen

Westri Kekalih Susilowati. Dosen di fakultas Ekonomi dan Bisnis Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang

Membentengi Rupiah

Kompas.com - 08/11/2023, 16:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA Oktober 2023, Bank Indonesia kembali menaikkan BI7DRR (Suku Bunga Acuan BI) dari 5,75 persen menjadi 6 persen untuk mencegah Rupiah terus terpuruk.

Tetap "panasnya" perekonomian Amerika Serikat (AS) menyebabkan pengetatan moneter oleh The Fed yang terus berlanjut. Suku bunga acuan yang tinggi dipertahankan untuk mengedalikan inflasi negeri Paman Sam tersebut.

Sebagai respons, melalui Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali memutuskan untuk menaikkan BI-7-Days Repo Rate (BI7DRR).

Untuk mengendalikan inflasi sebagai akibat dari berbagai tekanan internal maupun eksternal, The Fed mengakhiri era suku bunga rendah.

Terhitung sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya, Fed Funds Rate (FFR) sebanyak 11 kali. The Fed diprediksi akan menaikkan lagi menjelang 2024.

Sebagai respons terhadap dinamika FFR dan meningkatnya ketidakpastian global, Bank Indonesia merespons dengan menaikkan BI7DRR.

Sejak Januari 2022, Bank Indonesia tercatat menaikkan BI7DRR sebanyak 7 kali dari Agustus 2022 sampai Oktober 2023. Dari 3,50 persen sejak Januari 2022 menjadi 5,75 persen pada September 2023.

Sebagai penjaga gawang Rupiah, Bank Indonesia kembali menaikan BI7DRR pada Oktober sebesar 25 bps hingga menyentuh level 6 persen. Hal tersebut dilakukan demi mempertahankan nilai Rupiah yang cenderung melemah.

Secara rata-rata per bulan, kurs JOSDOR terus meningkat dari Juni sampai pertengahan Oktober bergerak dari Rp 15.044 - Rp 15.252 - Rp15.367 - Rp15.666.

Suku bunga merupakan salah satu faktor kunci dalam menentukan nilai suatu mata uang. Oleh karena itu, upaya stabilisasi nilai mata uang tidak dapat dilepaskan dari instrumen suku bunga.

Bagaimana suku bunga dapat berpengaruh terhadap nilai mata uang?

Pada suku bunga yang tinggi dalam mata uang tertentu menawarkan kepada investor (mereka yang membeli suatu mata uang) keuntungan tinggi dibandingkan mata uang lainnya.

Dengan demikian, jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga Rupiah, maka investor akan tertarik pada Rupiah dan berinvestasi lebih banyak pada Rupiah. Maka, permintaan terhadap mata uang Rupiah meningkat dan nilai Rupiah akan meningkat.

Artinya, Rupiah akan mengalami apresiasi terhadap mata uang asing. Tentu saja sebaliknya, pada suku bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai suatu mata uang.

Kebijakan menaikkan suku bunga sering dikaitkan dengan pengendalian inflasi. Inflasi yang tinggi identik dengan penurunan nilai mata uang turun. Maka, kenaikan suku bunga ditujukan untuk menaikkan nilai mata uang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com