Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos BI Prediksi Bunga The Fed Mulai Turun Paruh Kedua 2024

Kompas.com - 14/11/2023, 17:21 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) baru akan turun pada semester II-2024. Hal ini selaras dengan prediksi inflasi tinggi yang berkepanjangan.

Perry mengatakan, laju inflasi sebenarnya berada dalam tren penurunan sejak awal tahun ini. Namun, tingkat inflasi global diproyeki tetap tinggi dan mencapai kisaran 5,1 persen pada pengujung tahun 2023.

Tren penurunan itu diproyeksi berlanjut pada tahun depan. Akan tetapi, tingkat inflasi masih akan berada di atas 3 persen, yakni di kisaran 3,8 persen.

Baca juga: Cara Transfer BI Fast di Aplikasi BSI Mobile

"Mungkin inflasi dunia baru akan mulai menurun pada paruh kedua tahun 2024," kata dia dalam gelaran Rapat Kerja DPR, dikutip Selasa (14/11/2023).

Dengan inflasi yang masih tinggi, bank sentral di berbagai negara akan mempertahankan kebijakan moneternya yang ketat. Bahkan, The Fed diproyeksi kembali mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis points sebelum 2023 berakhir.

"Kemungkinan-kemungkinan Fed Fund Rate baru akan mulai turun di paruh kedua tahun depan," ujar Perry.

Baca juga: BI: Jumlah Money Changer di Kepri Terbesar Kedua Se-RI, Risiko Pencucian Uang Juga Tinggi

Tingkat suku bunga The Fed yang tinggi kemudian berdampak terhadap kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Menguatnya yield obligasi AS juga dipicu oleh melebarnya defisit anggaran AS, sehingga kebutuhan pembiayaan meningkat.

Tercatat pada kuartal III-2023, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun meningkat dari 3,84 persen menjadi 4,57 persen. Tren kenaikan ini berpotensi berlanjut hingga pengujung tahun.

"Kemungkinan (yield obligasi AS) masih akan naik menjadi 5,16 persen di akhir tahun dan akan bertahan relatif tinggi di tahun 2024 dan paruh kedua (2024) baru turun menjadi 4,87 persen," tutur Perry.

Baca juga: Amunisi Baru BI Bantu Stabilkan Rupiah

Berbagai perkembangan tersebut membuat terjadinya fenomena aliran modal asing keluar dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Pasalnya, dengan tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi, investor berbondong-bondong beralih ke pasar keuangan negara maju.

"Fenomena-fenomena ini memerlukan upaya-upaya ekstra keras dari seluruh emerging market termasuk Indonesia," ucap Perry.

Baca juga: Suku Bunga BI Naik, OJK Pede Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com