Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Bulog Beberkan Alasan Harga Beras RI Naik dan Terpaksa Harus Impor

Kompas.com - 09/12/2023, 01:07 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan kenaikan beras di pasaran juga terjadi di seluruh dunia akibat badai El Nino yang berpengaruh terhadap produksi.

"Kondisi El Nino juga berpengaruh terhadap produksi beras. Bahkan menurut data BPS produksi beras di Indonesia November dan Desember mengalami defisit. Bahkan hingga Januari kemungkinan (produksi beras) masih defisit. Inilah yang menyebabkan harga menjadi naik," kata Bayu di Surabaya sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (9/12/2023).

Untuk stabilisasi harga, Bayu mengaku pihaknya menyalurkan kebutuhan beras kepada 21 juta keluarga penerima manfaat (KPM) berpenghasilan rendah.

Selain itu Bulog juga sudah menyalurkan satu juta ton beras SPHP untuk dijual dengan harga yang lebih murah dari harga pasar.

Baca juga: Dilema Impor Beras RI

"Jadi harganya lebih murah Rp 1.000 - Rp 1.500 dari harga pasar," kata dia.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Bulog mendapatkan izin untuk melakukan impor beras 2 juta ton sejak Januari hingga saat ini yang sudah disebar ke 21 juta KPM berpenghasilan rendah.

"Impor tahap dua rencananya bulan ini dengan kuota 1 juta ton," jelasnya.

Lebih lanjut, Bayu mengatakan tahun depan pihaknya kembali akan melakukan importasi beras untuk menjaga stabilisasi harga juga karena masa panen terlambat akibat masa tanam yang telat.

"Kira-kira masa panen ini sekitar bulan Maret, kita tahu bulan tersebut sudah masuk Ramadan dan sebentar lagi Idul Fitri yang biasanya permintaan meningkat. Kita perlu jaga stabilisasi harganya. Apalagi Februari ada Pemilu. Untuk kuotanya masih menunggu diputuskan," terang dia.

Baca juga: Pemerintah Alokasikan Impor Beras 2 Juta Ton untuk Tahun Depan

Bayu mengatakan stok cadangan beras pemerintah saat ini sekitar 1,57 juta ton dan cukup untuk Desember hingga Maret 2024 mendatang.

"Dan mudah-mudahan hasil panennya bagus," kata Bayu.

Impor beras

Untuk diketahui, kenaikan harga beras secara signifikan sejak beberapa bulan terakhir, menjadi alasan pemerintah untuk membuka keran impor beras dari luar negeri. Beberapa negara yang dijajaki adalah China, India, Vietnam, Thailand, dan Pakistan.

Untuk diketahui saja, panen raya padi di sejumlah daerah di Tanah Air memang mengalami keterlambatan. Kondisi ini karena musim kering yang lebih lama dampak dari anomali cuaca El Nino.

Kebijakan impor beras sudah berulangkali dilakukan di era pemerintahan Presiden Jokowi. Misalnya pada tahun 2015 atau awal periode pertamanya, pemerintah mengimpor 861 ribu ton beras.

Baca juga: Penjelasan Bos Bulog soal Rencana Impor Beras dari China

Pada tahun 2016, angka impor beras naik signifikan menjadi 1,28 juta ton. Angka impor beras sempat turun di tahun 2017 menjadi 300 ribu ton, tapi kemudian kembali melonjak pada 2019 saat pemerintah memutuskan mendatangkan beras impor sebanyak 2,25 juta ton.

Berlanjut di periode kedua, pemerintah membuka keran impor beras sebanyak 444 ribu ton pada 2019, tahun 2020 sebanyak 356 ribu ton, tahun 2021 sebanyak 407 ribu ton, tahun 2022 sebanyak 301 ribu ton. Meski begitu, beras yang diimpor sepanjang 2019-2022 adalah beras kategori khusus.

Perum Bulog mencatat, untuk realisasi impor beras tahun ini yang sudah masuk wilayah Indonesia hingga 22 September 2023 adalah sebanyak 1,02 juta ton. Sementara itu, kontrak atas 1,85 juta ton beras impor juga sudah selesai dilakukan.

Merujuk pada pernyataan Budi Waseso, Dirut Perum Bulog sebelum Bayu Krisnamurthi, Pemerintahan Presiden Jokowi juga berencana untuk kembali melakukan impor beras sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024.

Baca juga: Pemerintah Mau Tambah Impor Beras 1,5 Juta Ton, Perpadi Minta Penyalurannya Tepat Sasaran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com