Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHC Gaet Perusahaan Konglomerasi Asal Hong Kong, Erick Thohir: Buat Tingkatkan Kualitas RS BUMN

Kompas.com - 14/12/2023, 05:09 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir buka suara terkait kabar adanya perusahaan konglomerasi asal Hong Kong yang bakal menyuntikkan dana ke PT Pertamina Bina Medika (Pertamedika) atau Indonesia Healthcare Corporation (IHC).

Sebelumnya, disebut-sebut bahwa Hong Kong Swire Pacific Ltd akan berinvestasi di IHC. Erick Thohir pun tidak membantah kabar tersebut. Dia menyebutkan, langkah menggaet perusahaan asing itu untuk meningkatkan kualitas rumah sakit yang dikelola BUMN.

"Kita benchmarking dengan sebuah institusi besar, Swire dari Hong Kong, yang punya Cathay Pacific (maskapai besar asal Hong Kong), untuk menjadi strategic partner. Untuk meningkatkan kualitas rumah sakit BUMN agar bisa bersaing dengan private sector," ujarnya saat ditemui di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Rabu (13/12/2023).

Baca juga: Erick Thohir Angkat Eks Politisi PSI Tsamara Amany Jadi Staf Khusus

Erick menegaskan, langkah ini bukan berarti untuk menekan swasta. Ia bilang, seiring dengan telah terbentuknya IHC sebagai holding yang menaungi rumah sakit-rumah sakit milik para BUMN, maka diperlukan sejumlah perbaikan untuk menyamaratakan standar dan peningkatan kelas.

Adapun menurut laman resmi perusahaan, IHC saat ini menaungi 76 rumah sakit serta 143 klinik kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Jangan sampai rumah sakit BUMN seperti yang punya PTPN, Pelni, Pertamina tidak punya standar yang sama," imbuh dia.

Erick menyebut, perlu dilakukan perbaikan pada sisi manajemen rumah sakit dan perlu mengatasi persoalan kurangnya tenaga medis yang kompeten. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan sistem yang saat ini pengobatan lebih bergantung pada penggunaan obat-obatan.

Menurutnya, metode penanganan di rumah sakit BUMN saat ini mulai diarahkan untuk melibatkan diskusi antara para dokter ahli untuk menetapkan jenis pengobatan apa yang tepat, bukan lagi dengan masing-masing dokter memberikan obat sesuai dengan diagnosa mereka.

"Sejak awal saya bilang rumah sakit BUMN sekarang sistemnya harus berubah. Ada pasien masuk, dokter ahli duduk bersama, menentukan langkah-langkahnya apa, obatnya apa. Jangan masing-masing ngasih obat. Dan nanti didampingin oleh dokter muda. Itu yang kita mau dorong di BUMN," papar Erick.

Baca juga: Copot Buwas dari Dirut Bulog, Erick Thohir: Rotasi Biasa...

Di samping itu, upaya peningkatan jumlah dokter yang kompeten, salah satunya dilakukan dengan mengajak para dokter diaspora untuk kembali berkarir ke Indonesia.

Ia berharap, para warga negara Indonesia di luar negeri yang berbakat di bidang kedokteran mau terlibat dalam membangun sektor kesehatan yang baik di dalam negeri.

"Dokter Indonesia yang di luar negeri itu banyak. Dokter jantung nomor satu di Singapura orang Indonesia. Anak-anak orang Indonesia yang udah lulus kedokteran di Jerman, di mana-mana, masa enggak bisa pulang? Kalau dia mau mengabdi di Indonesia, kenapa tidak?," papar Erick.

Adapun mengutip Bloomberg, perusahaan konglomerasi Swire Pacific Ltd sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk membeli saham minoritas di IHC. Menurut sumber Bloomberg, kesepakatan yang direncanakan selesai akhir tahun ini akan bernilai sekitar 450 juta dollar AS sampai 650 juta dollar AS untuk IHC.

Baca juga: Di Hadapan Pengusaha, Anies Baswedan: BUMN Tidak Boleh Mematikan Swasta...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com