JAKARTA, KOMPAS.com - Desakan audit aspek keselamatan kerja pada seluruh fasilitas smelter kian menguat. Ini menyusul insiden ledakan tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang menelan 18 korban jiwa.
Insiden tersebut memunculkan pertanyaan terhadap kualifikasi aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan, insiden smelter ITSS menunjukkan investor smelter mengabaikan standar keamanan industri. Menurutnya, pemerintah cenderung mementingkan kepentingan investor ketimbang keselamatan kerja karyawan.
Baca juga: Penyebab Tungku Smelter PT ITSS di Morowali Meledak
"Investor China biasanya cenderung melakukan efisiensi biaya, termasuk termasuk untuk aspek keselamatan kerja," terang Fahmy kepada Kontan, Selasa (26/12/2023).
Fahmy melanjutkan, penerapan standar K3 harusnya mengacu pada standar internasional, bukan standar nasional maupun standar negara investor.
Untuk itu, Fahmy mendesak pemerintah untuk tidak mengabaikan aspek keamanan dalam hal investasi. Apalagi, industri smelter merupakan industri yang beresiko tinggi.
"Secara reguler juga perlu diadakan audit aspek keselamatan," tegas Fahmy.
Senada, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mendesak adanya audit pada fasilitas smelter ITSS serta seluruh fasilitas smelter yang ada.
"Agar jangan terjadi hal serupa. Smelter merupakan lingkungan berisiko untuk itu kita minta dilakukan audit K3," ungkap Eddy kepada Kontan, Selasa (26/12/2023).