Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Investasi di 2024, Baiknya Pilih Saham atau Obligasi?

Kompas.com - 26/12/2023, 19:03 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Director at Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, tahun 2024 pasar modal akan dhihadapkan pada berbagai macam sentimen baik dari dalam dan luar negeri.

Namun demikian, sentimen positif akan mendominasi pasar modal tahun depan. Di antaranya, potensi penurunan suku bunga The Fed hingga adanya potensi kenaikan daya beli akibat penyelenggaraan pesta demokrasi atau pemilu.

“Di tahun depan menjadi tahun yang lebih baik dari 2023. Harapannya ketidakpstian bisa berkurang meskipun ada sisi yang tidak berubah,” kata Maximilianus kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kembangkan Mobil Listrik, 4 Raksasa Otomotif Jepang Investasi Rp 66,8 Triliun di Thailand

Beberapa sentimen yang membayangi pasar modal di antaranya, tensi geopolitik, seperti hubungan Ukraina dan Rusia, serta perang Israel dan Hamas. Dia bilang, pelaku pasar mengkhawatirkan adanya keberpihakan.

“Ini menjadi perhatian khusus yang menambah ketidakpastian di pasar saat ini, karena yang dikawatirkan adalah keberpihakan,” jelasnya.

Di sisi lain, mengenai inflasi yang mulai terkendali baik di AS maupun di Eropa. Ini menunjukkan bahwa era suku bunga tinggi akan segera berakhir dan ada peluang besar mengenai penurunan pada tahun depan.

Baca juga: Bahlil Klaim Investasi Asing di IKN Sudah Capai Rp 50 Triliun

“Dengan adanya penurunan tren suku bunga, maka akan mendorong pasar lebih bergairah,” jelas dia.

Mengenai kondisi tahun politik, Maximilianus menilai akan mendukung daya beli di masyarakat serta meningkatkan perputaran uang.

“Kondisi pemilu diperkirakan akan menambah daya beli dan perputaran uang juga akan meningkat,” tegasnya.

Baca juga: Gibran: Program Makan Siang Gratis adalah Investasi untuk Indonesia Emas

Dengan sentimen tersebut, instrumen invetasi apa yang cocok untuk tahun depan, apakah obligasi atau saham?

Maximilianus menjelaskan, pergerakan harga obligasi terdongkrak naik karena penurunan tingkat suku bunga. Dia juga menekankan bahwa meskipun ada sentimen positif dengan potensi penurunan suku bunga, namun kepastian belum menghilang.

“Kepastian belum menghilang, hanya berkurang. Investor masih sedikit cemas dengan tahun 2024, di sisi lain obligasi merupakan pilihan utama, lalu dilanjutkan dengan saham,” jelas dia.

Maximilianus menjelaskan, adanya pemilu dan potensi penurunan suku bunga akan mendorong harga saham mengalami kenaikan seiring dengan adanya window dressing akhir tahun ini.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Investor Mengambil Imbal Hasil Investasi?

“Akhir tahun ini terlihat mulai ada angin segar dari window dressing, diharapkan saham-saham akan reli,” kata dia.

Beberapa sektor yang potensial diantaranya dari sektor konsumer, telekomunikasi, hingga perbankan. Sektor-sektor konsumer seperti saham ICBP, INDF, MYOR, dan UNVR. Sektor konsumer dinilai memainkan peran yang cukup besar pada tahun poltik mengingat daya beli masyarakat akan tinggi di masa-masa pemilu.

Sementara itu, saham-saham blue chip perbankan buku IV juga dinilai memiliki potensi yang menjanjikan, mengingat nilai transaksi yang tinggi di tahun politik, sejalan dengan jumlah transaksi perbankan yang juga diperkirakan akan mengalami peningkatan.

Baca juga: Luhut: Perusahaan Baterai Kendaraan Listrik Asal China CBL Investasi Rp 6 Triliun di RI

Di sisi lain, kampanye politik juga akan mendorong peningkatan kebutuhan telekomunikasi. Beberapa saham sektor telekomuniasi yang dinilai memiliki potensi termasuk ISAT, TLKM dan EXCL.

“Berganti kepemimpinan, tentu anggaran akan difokuskan untuk terserap semua, saham infrastruktur akan berpotensi, demikan juga dengan saham properti yang mendapat angin segar dari penurunan suku bunga kredit,” jelas dia.

Baca juga: Tarik Investasi, Gibran Ingin Turunkan Angka ICOR Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com