Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

2024, Tahunnya Obligasi?

Kompas.com - 03/01/2024, 13:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INFLASI tahunan Indonesia pada 2023 sebesar 2,61 persen, merupakan yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Dengan inflasi yang begitu rendah dan suku bunga BI Rate yang saat ini 6 persen, hampir pasti bunga akan turun pada 2024.

Apakah ini berarti 2024 akan menjadi tahunnya untuk obligasi?

Secara teori, penurunan suku bunga akan membuat harga obligasi naik. Atas dasar itulah, muncul pandangan bahwa 2024 bisa saja menjadi tahun yang bagus untuk obligasi dan reksa dana pendapatan tetap.

Secara teknis, obligasi dengan umur lebih panjang akan lebih diuntungkan. Obligasi korporasi umumnya hanya 3-5 tahun, sedangkan obligasi pemerintah bisa 20-30 tahun, maka efek kenaikan harga ini akan lebih banyak dirasakan oleh obligasi negara dan reksa dana yang komposisi obligasi negara lebih besar.

Secara teori demikian, bagaimana realitanya?

Prediksi suku bunga akan turun dan lebih menguntungkan bagi obligasi dibandingkan saham sebenarnya sudah dari 2023.

Kenyataannya suku bunga BI Rate naik pada 2023, meskipun inflasi mengalami penurunan dan sudah mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah.

Harga obligasi dan kinerja reksa dana pendapatan tetap sempat naik dari awal hingga pertengahan tahun karena optimisme itu, tapi kemudian pernyataan “higher for longer” oleh Bank Sentral AS pada September menghapus semuanya.

Tidak hanya obligasi, saham juga ikut-ikutan anjlok. Sentimen buruk dari pernyataan “higher for longer” sempat bertahan hingga Oktober, namun ketika rilis data inflasi AS yang terus menunjukkan penurunan membuat pejabat bank sentral AS “melunak”.

Tanpa diduga, pada November dan Desember 2023, harga obligasi kembali rally.

Meski cuma dua bulan terakhir, rally yang terjadi sangat cepat sehingga kinerja hingga akhir tahun sudah positif kembali.

Tergantung seberapa besar komposisi obligasi pemerintah - korporasi, reksa dana pendapatan tetap yang dikelola Panin AM naik antara 4,5 persen - 7,7 persen tahun 2023.

Kenaikan yang lebih tinggi terjadi pada reksa dana pendapatan tetap yang lebih dominan di obligasi negara.

Berkaca pada 2023, ternyata inflasi rendah Indonesia dan suku bunga BI Rate bukan satu-satunya penggerak harga obligasi. Inflasi dan kebijakan suku bunga AS juga ikut berpengaruh.

Untuk 2024, menurut saya, juga sama. Meski inflasi Indonesia rendah dan BI Rate bisa diturunkan, jika di tengah jalan ada perubahan kebijakan atau pernyataan yang bernada hawkish dari AS (seperti menunda penurunan bunga, memperketat syarat kredit), bisa saja ada koreksi tajam lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com