Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cawapres Harus Bahas Strategi Konkret Dorong Transisi Energi

Kompas.com - 11/01/2024, 23:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai para calon wakil presiden (cawapres) perlu memaparkan strategi konkret dalam mendorong transisi energi, terutama terkait teknologi dan pendanaannya.

Hal ini seiring dengan akan diselenggarakannya debat cawapres kedua pada pekan depan, Minggu (21/1/2024) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Fahmy menuturkan, persediaan energi fosil kian menurun karena penggunaannya yang semakin besar. Maka dalam hal ini perlu strategi untuk beralih ke sumber energi lainnya, terutama energi yang lebih ramah lingkungan.

Baca juga: Disinggung Saat Debat Cawapres, Indonesia Peringkat 3 di SGIE

Menurutnya, ketiga pasangan calon (paslon) capres dan cawapres sudah menggaungkan transisi ke energi hijau atau green energy dalam visi-misi mereka. Sayangnya, belum dijabarkan strategi konkret dalam mendorong transisi energi.

"Yang harus dibahas, pertama, bagaimana kebijakan tentang menghadapi krisis energi. Maksud krisis energi itu ketersediaan energi fosil yang selama ini kita gunakan, kan produksinya semakin menurun dan menurun, maka kemudian apa strateginya? Kalau harus beralih ke green energy, apa yang harus dilakukan?," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (11/1/2024).

Fahmy bilang, Indonesia memang melimpah akan kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT), Namun dalam pengembangannya ada tantangan karena perlu teknologi baru dan biaya yang besar.

Baca juga: Cawapres Minim Strategi Fiskal

"Dalam menghasilkan energi terbarukan kita punya resource yang banyak sekali, berlimpah ruah dari matahari, angin, hingga bio BBM. Masalahnya, kita enggak punya teknologi dan tidak punya pendanaan," kata dia.

Ia menuturkan, saat ini pengembangaan green energy memang sudah mulai dijalankan pemerintah, namun realisasinya masih kecil. Hingga semester I-2023 baru mencapai 12,5 persen, masih jauh dari target tercapai 23 persen di 2025

Fahmy menyebut, seperti pada proyek bioenergi yang dijalankan melalui PT Pertamina (Persero) saat ini pun baru mencapai B35. Adapun produk B35 merupakan campuran antara BBM jenis solar 65 persen dengan bahan bakar nabati (BBN) berbahan dasar minyak sawit 35 persen.

Baca juga: SGIE Disinggung Saat Debat Cawapres, Erick Thohir: Bukan Topik Sembarangan

Oleh sebab itu, dia menilai, perlunya langkah-langkah konkret dari pemimpin yang akan mengisi pemerintahan ke depan untuk mengatasi persoalan teknologi dan pendanaan yang diperlukan, sehingga bisa memastikan bahwa program transisi energi bisa berjalan dengan optimal.

Terlebih, pemerintah menargetkan Indonesia bisa mencapai net zero emissions atau nol emisi karbon pada 2060.

"Jadi ini barangkali yang harus dibahas bagaimana strateginya untuk mencapai target tadi. Ini belum serius dibahas," pungkas Fahmy.

Baca juga: Melihat Modal Awal Kampanye Pemilu Capres-Cawapres, Siapa Paling Besar?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com